Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia mengakhiri sesi perdagangan fluktuatif dengan sedikit lebih rendah pada Rabu, karena penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih kuat menyeret saham penambang emas dan teknologi, melebihi reli di sektor energi.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia ditutup 0,15 persen atau 11,20 poin lebih rendah menjadi 7.399,40 poin, setelah menguat 0,8 persen pada Selasa (23/11/2021).

"Saya pikir masalah utamanya adalah apa yang terjadi pada imbal hasil obligasi dan apa yang terjadi pada dolar AS, keduanya sedang naik," kata CEO Deep Data Analytics, Mathan Somasundaram.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan greenback bereaksi terhadap Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell yang dinominasikan untuk masa jabatan kedua pada Selasa (23/11/2021), memperkuat spekulasi bahwa suku bunga AS akan naik tahun depan.

Itu membebani harga emas, yang jatuh ke level terendah tiga minggu. Saham-saham lokal terkait emas turun 1,1 persen, dengan Newcrest Mining dan SSR Mining memimpin kerugian, masing-masing merosot 1,2 persen dan 0,9 persen.

Baca juga: Saham Australia jatuh, teknologi dan emas ikuti aksi jual Wall Street

Saham sektor teknologi juga menanggung beban aksi jual dari rekan-rekan AS mereka semalam.

Saham kelas berat Afterpay dan Wisetech Global masing-masing melemah 0,2 persen dan 2,4 persen. Pembuat perangkat lunak TechnologyOne anjlok 8,6 persen di hari terburuknya sejak Mei 2019, dirugikan oleh penurunan peringkat dari pialang Jefferies.

Saham sektor energi tetap kuat, meskipun ada ketidakpastian harga minyak karena berbagai negara sepakat untuk melepaskan cadangan minyak mentah untuk mendinginkan harga. Indeks sektor energi terangkat 1,2 persen.

Namun Somasundaram mengatakan pelepasan cadangan minyak strategis tidak mengatasi harga minyak dalam jangka menengah di pasar yang melihat ke depan.

Sementara itu di Selandia Baru, indeks acuan S&P/NZX 50 terangkat 0,62 persen atau 78,26 poin menjadi menetap di 12.766,79 poin setelah pemerintahnya mengatakan akan membuka kembali negara itu untuk pelancong asing mulai April tahun depan.

Keuntungan datang meskipun bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan pelonggaran pembatasan Virus Corona.

Baca juga: Saham Australia berakhir menguat didukung sektor tambang dan energi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021