kolaborasi penelitian mutakhir dengan menarik talenta terbaik di kawasan ASEAN
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung ASEAN COSTI mempersiapkan masyarakat ASEAN untuk meraih manfaat sebesar-besarnya dari perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 termasuk pemanfaatan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI).

"Saya senang mengetahui bahwa ASEAN COSTI sebagai badan yang berwenang untuk mendukung ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di kawasan ASEAN fokus pada upaya mempersiapkan masyarakat ASEAN untuk menghadapi teknologi destruktif yang disebabkan oleh revolusi industri ke-4," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Lokakarya ASEAN tentang Revolusi Industri ke-4:
 Implementasi Kecerdasan Buatan di Industri Kreatif yang diikuti ANTARA secara virtual di Jakarta, Kamis.

Kepala BRIN membuka lokakarya tersebut yang dilaksanakan pada 25-26 November 2021 dengan platform hybrid dari Jakarta, dan secara virtual melalui telekonferensi.

Handoko menuturkan perlu mengeksporasi lebih banyak teknologi kecerdasan artifisial yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meraih peluang besar untuk peningkatan ekonomi dan kemajuan masyarakat ASEAN di era revolusi industri 4.0 sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan semua negara anggota ASEAN.

"Banyak aplikasi dari kecerdasan artifisial di indstri kreatif sekarang ini telah meningkat secara dramatis dalam lima tahun terakhir," ujarnya.

Baca juga: Negara ASEAN sepakat kerja sama hadapi revolusi industri 4.0

Baca juga: Kemenristekdikti: ASEAN harus ambil peran dalam revolusi industri 4.0


Ia mengatakan harus dipastikan perkembangan dan pemanfaatan kecerdasan artifisial akan memberikan banyak manfaat dalam meningkatkan produktivitas para pekerja, penyedia, ilmuwan dan juga insinyur di setiap sektor industri kreatif untuk menanamkan inovasi ke setiap sudut kepentingan ASEAN dan menciptakan pertumbuhan ekonomi, kepuasan pelanggan atau konsumen dan juga meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN.

Di sisi lain, perlu disadari bahwa laju revolusi industri 4.0 yang cepat dapat menimbulkan kecemasan terutama bagi sebagian masyarakat yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan cepat di lingkungan sekitarnya.

Ribuan profesi manual akan segera hilang, dan beberapa profesi spesifik mungkin kehilangan relevansi atau daya saingnya di era revolusi industri 4.0. Oleh karenanya, masyarakat ASEAN perlu sepenuhnya siap dan beradaptasi serta dapat mengikuti perubahan yang cepat agar tidak tertinggal tapi mengambil peluang sebesarnya dan mendapat keuntungan semaksimal mungkin dari perkembangan dan perubahan yang terjadi, ujarnya.

"Saya percaya ini adalah perhatian ASEAN COSTI untuk menghadirkan kolaborasi penelitian mutakhir dengan menarik talenta-talenta terbaik di kawasan ASEAN untuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat gerakan revolusi industri 4.0," tuturnya.

Baca juga: Mendag bicara revolusi industri 4.0 di hadapan menteri ekonomi se-ASEAN

Baca juga: Pakar: Tiga aspek perlu disiapkan pemerintah hadapi Revolusi 4.0

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021