Jakarta (ANTARA) - Indonesia bisa memulai adopsi teknologi Advanced Driver Assistance Systems (ADAS) yang dapat membantu meningkatkan keselamatan dan keamanan saat berkendara karena memanfaatkan sistem sensor untuk membaca dan menangkap objek terkait kondisi lalu lintas.

ADAS merupakan teknologi yang menggabungkan standar antarmuka terbaru dengan berbagai algoritma berbasis visual. Dalam praktiknya, teknologi ADAS digunakan pada mobil-mobil terkini di Indonesia dengan memanfaatkan sistem sensor dan radar.

"Terkait dengan ADAS, sebenarnya (industri otomotif Indonesia) kita secara bertahap meningkatkan upaya keselamatan di dalam kendaraan. Fitur seperti ADAS butuh penyesuaian. Tentunya ketika penyesuaian sudah tepat dan bisa diterima para pelaku industri maka itu bisa diterapkan,” ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, Jumat.

Baca juga: Mengenal teknologi pintar Wuling Almaz RS

Dalam implementasinya, ADAS melibatkan teknologi artificial intelligence (AI) dan sensor untuk mengidentifikasi objek di jalan raya. Sensor yang mengenali objek akan memberikan respons kepada mobil dan pengemudi, misalnya memberikan peringatan saat kendaraan berpindah jalur atau ketika mendeteksi benda yang mendekat.

ADAS juga mumpuni untuk mendeteksi kemacetan atau gangguan saat berkendara. Saat gangguan terjadi, sistem akan memberikan informasi kepada pengemudi hingga dapat mencari jalur alternatif melalui peta digital.

Selain itu, contoh fitur-fitur ADAS lainnya adalah mendeteksi titik buta, membantu proses parkir bahkan bisa memberikan pandangan 360 derajat pada pengguna kendaraan, dan masih banyak lagi.

Kukuh berpendapat, penerapan ADAS akan sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi angka kecelakaan serta mencapai zero Over Dimesion Overload (ODOL) pada 2023.

"Tentunya pilihan tersebut (ADAS) bisa sejalan dengan visi Indonesia dan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan kendaraan yang mengutamakan keselamatan. Tentu ini (ADAS) bisa dipakai dan tercipta integrasi,” kata Kukuh.

Kendati demikian, Kukuh mengingatkan bahwa kemajuan teknologi itu perlu dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang layak. Misalnya penerapan ADAS pada mobil listrik juga dibarengi dengan keberadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), agar masyarakat bisa menggunakan kendaraan itu secara optimal.

Baca juga: Fitur semi-otonom ADAS favorit pengguna Wuling Almaz RS

Baca juga: SUV Hyundai Creta resmi meluncur, harga termurah Rp279 juta

Baca juga: Tesla buat sensor deteksi anak tertinggal di mobil "over-heated"

Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021