Sangasanga, Kaltim (ANTARA) - Kelompok petani Setaria di Sangasanga, Kalimantan Timur berhasil melakukan inovasi pertanian berupa Destilasi Asap Sekam Bakar (Damkar) yang berperan mereduksi emisi gas rumah kaca.

"Dahulu sekam menjadi masalah lingkungan karena dibakar dan asapnya sangat pekat," kata Sutrimo, Ketua Kelompok Tani Setaria kepada wartawan saat ditemui di Sangasanga, Sabtu.

Kelompok Tani Setaria Sangasanga merupakan mitra binaan dari Subholding Upstream (SHU) Pertamina Regional 3 Zona 9 Sangasanga Field.

Sutrimo menuturkan Pertamina telah membantu para petani untuk menyediakan alat destilasi asap sekam. Alat tersebut memiliki kapasitas sebanyak sembilan karung sekam dengan berat total 405 kilogram.

Sekam tersebut dibakar selama dua hari hingga menghasilkan dua produk unggulan yakni sekam bakar sebanyak 135 kg dan asap cair sebanyak 15 kg. Sekam bakar menjadi campuran pupuk organik sehingga menghasilkan 540 kemasan sebesar 8 kilogram.

Sementara asap cair menjadi campuran pupuk cair organik yang kemudian dikemas menjadi 750 jerigen yang masing-masing bervolume 5 liter.

Pupuk organik tersebut selain untuk kepentingan kelompok juga dijual ke konsumen. Satu kantong pupuk organik dijual seharga Rp15 ribu. Sementara pupuk cair dalam jerigen kecil 2 kg dihargai Rp7 ribu. Pupuk yang dikonsumsi kelompok dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian terpadu. Sutrimo dan 16 orang anggota kelompoknya mengembangkan program Tani Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria (Tante Siska) hasil kolaborasi dengan Pertamina Sangasanga Field.

“Saya mencoba untuk terus melakukan transfer pengetahuan ini kepada kelompok tani lain. Saat ini ada sekitar enam kelompok tani. Sebanyak 50 persen dari sekam yang ada di sini diolah di Setaria, sisanya oleh kelompok tani lain,” tutur Sutrimo.

Sutrimo menuturkan dia akan terus melakukan inovasi seperti mengembangkan sereh wangi dan tanaman pangan lain. Sereh wangi diolah menjadi handsanitizer dan minyak aromaterapi.

“Sebenarnya manfaat sereh wangi banyak. Bisa juga dijadikan sebagai obat untuk luka bakar atau dijadikan sabun. Ini pelan-pelan akan dikembangkan. Biar nanti anak-anak muda di Divisi Pengembangan yang berkreasi,” katanya.

Produk-produk pertanian yang dikembangkan Kelompok Tani Setaria harus merupakan produk organik. “Pertanian di sekitar harus organik dan kurangi emisi, dan ini sesuai visi Presiden Jokowi di G20 kemarin. Dan kami punya cita-cita Pak Jokowi dapat ke sini lihat pertanian kami dan beli sapi di kelompok tani kami,” ujar Sutrimo.

Menurut Gondo Irawan, Senior Manager Pertamina Zona 9 Field Sangasanga, inovasi yang dikembangkan Kelompok Tani Setaria memberikan manfaat bagi lingkungan maupun perekonomian masyarakat di Sangasanga.

Inovasi Damkar yang dikembangkan kelompok tani tersebut juga berperan besar dalam mereduksi emisi gas rumah kaca. Menurut hasil kajian dari LPMM Care IPB pada 2020, program tersebut berhasil mengurangi emisi CO2 sebanyak 7,76 ton CO2 equivalen per tahun.

Gondo Irawan mengatakan pihaknya menggandeng Kelompok Setaria menjadi mitra binaan pada 2019 melalui proses pemetaan sosial dan melihat langsung kesungguhan dan konsistensi calon mitra dalam menjalankan usaha.

“Kami melihat Pak Sutrimo dengan Kelompok Setaria sangat serius menjalankan usaha termasuk adanya keinginan kuat untuk melakukan transformasi pertanian menjadi ramah lingkungan,” katanya.

Pada 2019, lanjutnya, Pertamina Zona 9 Field Sangasanga baru pada tahap inisiasi dengan mitra binaan dengan benchmark penggemukan ternak. Setahun kemudian program pengembangan berupa pelatihan pengelolaan usaha pupuk organik dan tahun ini adalah pemantapan berupa pelatihan pemutakhiran handsanitizer.

Menurut Gondo, semua program inovasi dibicarakan bersama antara Pertamina dan kelompok, termasuk program pembuatan kemasan pupuk, pengembangan inovasi Damkar, penanaman sereh wangi dan pembangunan rumah pembibitan. “Tahun ini juga kami membuat fasilitas penjemuran pupuk dan transfer pengetahuan KWT di Samboja,” ujarnya.

Secara ekonomi, inovasi Tante Siska memberikan peningkatan pendapatan bagi Sutrimo dan kelompok taninya. Jika pada 2019 pendapatan baru Rp180 juta, hingga akhir Oktober 2021 pendapatan Sutrimo dan anggota kelompoknya dari usaha Siska mencapai Rp328 juta, naik 82,2 persen. Dari sisi keanggotaan kelompok bertambah menjadi 16 orang dari sebelumnya 9 orang. “Sedangkan dari pemanfaatan limbah ternak meningkat 424,1 persen dari 5,4 ton pada 2019 menjadi 27,9 ton sepanjang Januari-Oktober 2021,” katanya.

Gondo juga bersyukur Program Tante Siska dapat direplikasikan kepada masyarakat. Di level kecamatan Sangasanga, ada lima kelompok yang menerima replikasi pengetahuan dari Kelompok Setaria.

Baca juga: Angka Produksi Minyak Sangasanga-Tarakan Tertinggi
Baca juga: Lapangan tua Sangasanga hasilkan 7.331 barel per hari
Baca juga: Pertamina gandeng Asosiasi Kelompok Wanita Tani kembangkan desa energi

 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021