Jakarta (ANTARA) - Senior Policy Associate Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Sofwan Hakim mengatakan aggregator teknologi finansial (tekfin) khususnya dalam sektor pembayaran, memiliki peran untuk meningkatkan literasi akan keuangan digital.

Sebagai informasi, aggregator pembayaran (payment aggregator) adalah platform atau layanan yang mengintegrasikan semua penyelenggara pembayaran agar bisa menerima pembayaran menggunakan satu solusi.

"Manfaatnya terhadap literasi keuangan. Pertama, penyajian informasi dan komparasi produk, dapat meningkatkan literasi keuangan dari less literate ke sufficient literate, dari sufficient ke well literate. Akan lebih terasa di negara dengan literasi keuangan yang relatif rendah, termasuk Indonesia," kata Sofwan dalam sebuah jumpa media daring, ditulis pada Rabu.

Baca juga: Kenali CAMILAN sebelum ikut pinjaman online

Lebih lanjut, ia mengatakan, aggregator juga memiliki manfaat untuk inklusi keuangan. Ia memaparkan, menurut survei Otoritas jasa Keuangan (OJK) di tahun 2019, inklusi keuangan naik dari 59,74 persen di tahun 2013 menjadi 76,19 persen di tahun 2019.

"Inklusi keuangan hanya ditopang oleh akses masyarakat ke perbankan (73,88 persen). Sisanya akses ke lembaga keuangan lainnya seperti asuransi (13,15 persen), dana pensiun (6,18 persen) dan pasar modal (1,55 persen)," papar Sofwan.

"Fintech juga memberi layanan terjangkau terutama pada masyarakat unbanked. Aggregrator dapat meningkatkan inklusi keuangan, terutama non-bank seperti asuransi maupun instrumen investasi," ujarnya menambahkan.

Sementara, manfaat untuk pengguna layanan, di antaranya pengguna menemukan produk keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhannya; lalu pengguna punya akses ke informasi banyak produk lainnya.

Selanjutnya, membantu pengguna mengenali kemampuan keuangan mereka, dan consumer surplus.

Di sisi lain, manfaat untuk lembaga jasa keuangan (LJK), adalah meningkatkan kompetisi sehingga LJK akan terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi layanan produk sesuai kebutuhan pengguna.

Soal perkembangan aggregator sendiri, Sofwan menjelaskan, baik data dari OJK dan AFTECH menunjukkan klaster aggregator merupakan klaster dalam Inovasi Keuangan Digital (IKD) dengan populasi terpadat.

Adapun aggregrator di Indonesia berjumlah 31 anggota, di antaranya CekAja, Cermati, KPR Academy, dan Bandingin, KoinWorks, menurut data OJK per Oktober 2021.

"Anggota baru aggregator terdaftar di AFTECH pun mengalami peningkatan signifikan. Di tahun 2021 terdapat 25 anggota baru, sementara di tahun sebelumnya hanya meningkat 13 anggota baru," kata Sofwan.

Baca juga: Literasi keuangan bantu masyarakat terhindar pinjol ilegal

Baca juga: Kehadiran tekfin bantu percepat inklusi keuangan

Baca juga: Bantu cek pinjol ilegal, asosiasi luncurkan situs cekfintech.id

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021