AsiaNet 44526

TOKYO, 10 Mei (ANTARA/Kyodo JBN-AsiaNet) --

- Diharapkan dapat Mencegah Infeksi Massal di Tempat Peristirahatan yang Terjangkit Gastroenteritis -
    
     Departemen Laboratorium untuk Penelitian Probiotik di Juntendo University Graduate School of Medicine (NAGATA Satoru, YAMASHIRO Yuichiro et al.) mempelajari penambahan susu fermentasi probiotik yang mengandung Lactobacillus casei strain Shirota (LcS) pada orang lanjut usia yang tinggal di panti jompo dan memastikan dapat mengurangi demam sehubungan dengan penyakit gastroenteritis norovirus akut.

     Analisa bakteri tinja menunjukkan bahwa asupan harian susu dengan fermentasi LcS meningkatkan bakteri yang berguna (bifidobakteri, lactobacillus), mengurangi bakteri yang berbahaya (kelompok coliform), dan meningkatkan asam lemak rendah, yang menunjukkan bahwa peningkatan bakteri di usus dan lingkungan menyebabkan berkurangnya gejala gastroenteritis.

     Norovirus dikenal sebagai penyebab utama infeksi akut gastroenteritis, yang terkadang semakin parah, terutama pada orang lanjut usia dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang beresiko mengalami dehidrasi. Baru-baru ini ada epidemi infeksi massal di tempat panti jompo. Pencegahan virus tersebut merupakan sebuah tantangan.

     Sedikit data yang tersedia mengenai pengaruh probiotik seperti lactobacillus, dan belum ada laporan mengenai norovirus sejauh yang kami ketahui.

     Temuan kami menunjukkan bahwa penambahan probiotik dapat menjadi sarana efektif pencegahan infeksi gastroenteritis termasuk yang disebabkan oleh norovirus di tempat orang lanjut usia dengan gangguan sistem kekebalan tubuh tinggal berkelompok.

     Penemuan tersebut dipublikasikan pada tanggal 27 April 2011 dalam versi online British Journal of Nutrition, sebuah jurnal ilmiah.

     1. Latar Belakang
     Norovirus diketahui menjadi penyebab utama infeksi gastroenteritis akut. Infeksi norovirus ditularkan melalui jari-jari yang masuk ke mulut dan makanan yang terkontaminasi, dan menyebabkan muntah, diare dan/atau sakit perut ketika berkembang biak di usus. Itu mungkin dapat berkurang dengan proses pemulihan yang cepat pada manusia sehat, namun dapat menjadi parah pada bayi atau orang lanjut usia yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat pneumonia yang disertai muntah-muntah atau dehidrasi berat. Khususnya di panti jompo, di mana para orang lanjut usia dengan gangguan sistem kekebalan tubuh tinggal bersama, penanganan resiko terhadap penyakit infeksi sangat penting. Bagaimanapun juga, sangat sulit untuk mengendalikan infeksi sepenuhnya, dan dengan meminimalkan bahaya dari infeksi sangatlah menantang.

     Kelompok riset kami mempelajari efektivitas dalam pencegahan norovirus dengan cara asupan laktobasilus (Lactobacillus casei strain Shirota; LcS), yang dikenal dapat melindungi dari infeksi dan memiliki sifat-sifat mengatur kekebalan tubuh.

     2. Rincian Penelitian
     Penelitian ini dilakukan pada 77 orang lanjut usia yang tinggal di sebuah panti jompo (usia rata-rata 84 tahun). Subyek dibagi menjadi dua kelompok: kelompok asupan (39) dan kelompok non-asupan (38). Kelompok asupan diberi satu botol susu berfermentasi LcS (satu botol dengan takaran 80 mL mengandung 40 miliar LcS) setiap hari selama jangka waktu yang lama mulai dari awal Oktober 2006. Kondisi kesehatan kedua kelompok itu diperiksa berdasarkan catatan kesehatan sehari-hari, dan jika timbul penyakit diare, sampel tinja dikumpulkan dan diperiksa dengan alat deteksi norovirus. Banyak subyek mengalami gastroenteritis norovirus pada bulan Desember 2006. Meskipun kejadian infeksi tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok, periode dengan demam hingga 37 C atau lebih, ternyata lebih sedikit dialami kelompok asupan daripada kelompok non-asupan.

     Sepuluh orang yang tinggal di tempat yang sama (rata-rata umur 83 tahun) diberi salah satu susu berfermentasi LcS yang sama setiap hari selama dua bulan, kemudian bakteri tinja dibandingkan dengan kelompok pra-asupan. Hasilnya menunjukkan bahwa bifidobakteri menguntungkan dan laktobasilus meningkat dengan asupan susu fermentasi LcS. Selain itu, bakteri coliform yang berbahaya menurun dan tingkat pendeteksian Pseudomoanas, yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik dan/atau nosokomial, juga menurun. Kemudian, asupan susu fermentasi LcS meningkatkan konsentrasi asam lemak rendah (SCFAs) pada tinja secara keseluruhan.

     3. Pembahasan dan Harapan di Masa Mendatang
     Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan susu fermentasi LcS sangat efektif dalam menurunkan demam yang disebabkan oleh infeksi norovirus. Asupan susu fermentasi LcS juga meningkatkan bifidobakteri dan laktobasilus, mengurangi bakteri coliform dan Pseudomonas, serta meningkatkan konsentrasi SCFA (terutama asam asetat). SCFA di usus menekan pertumbuhan organisme pathogen seperti kelompok coliform, meningkatkan kapasitas penyerapan air dan elektrolit serta peristaltik usus, dan juga berfungsi sebagai sumber energi untuk enterosit. Asupan terus-menerus susu fermentasi LcS juga telah dilaporkan membantu memulihkan aktivitas sel pembunuh alami yang berkurang. Dengan demikian tampak bahwa faktor utama dalam mengurangi demam akibat asupan susu fermentasi LcS meningkatkan fungsi pertahanan tubuh karena beberapa faktor seperti bakteri usus dan fungsi imunomodulator (pengaturan sistem kekebalan tubuh) yang membaik.

     Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LcS dapat diharapkan memberi kontribusi sebagai sarana perlindungan yang efektif terhadap gastroenteritis termasuk infeksi norovirus dan pernafasan serta infeksi lainnya di tempat-tempat orang lanjut usia dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang tinggal bersama.

     Sumber:
     Juntendo University

     Kontak:
     Yuichiro Yamashiro
     Profesor di Probiotics Research Laboratory
     Juntendo University Graduate School of Medicine
     Tel: +81-3-5689-0082
     E-mail: yamasiro@juntendo.ac.jp

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011