Investasi masuknya dari perjalanan atau traveling. Jadi dengan Bandara Kualanamu jadi internasional hub akan mendatangkan investasi...
Jakarta (ANTARA) - Pengembangan Bandara Kualanamu oleh PT Angkasa Pura (AP) II yang bermitra dengan GMR Airports, perusahaan operator bandara yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Aeroports De Paris (ADP), dinilai bisa menjadi salah satu mesin utama penggerak ekonomi di wilayah Sumatera Utara.

Kemitraan strategis ini akan menjadikan Bandara Kualanamu sebagai hub di Asia Tenggara yang mencakup Asia Selatan dan Kawasan Indo-China, sehingga berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat dari sisi peningkatan lapangan kerja di Sumatera Utara.

"Dampaknya akan positif bagi ekonomi Sumatra Utara, terutama sektor pariwisata. Dengan kerja sama ini maka Sumatera Utara terekspos ke luar negeri sehingga diharapkan dapat mendatangkan wisatawan mancanegara,” kata Pengamat Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Untuk menjadikan sebuah bandara sebagai hub internasional diperlukan berbagai fasilitas pendukung seperti MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul), peningkatan aktivitas ground handling, kargo, lounge, dan area komersial.

Ia menjelaskan letak Bandara Kualanamu yang cukup dekat dengan Medan, juga menjadi daya tarik bagi para pelancong dan calon investor untuk mengembangkan pusat ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini dapat menjadikan Medan sebagai kota berkelas internasional yang mampu bersaing dengan Kuala Lumpur dan Singapura.

Baca juga: Kemitraan di Kualanamu percepat pembangunan infrastruktur kebandaraan

“Kemitraan ini memiliki efek berganda yang besar sehingga berpotensi menaikkan tingkat perekonomian Sumatera Utara yang jika dikelola baik akan menjadi salah satu daerah yang maju, apalagi wilayah sedang menuntaskan pembangunan infrastruktur,” katanya.

Terlebih ujung utara Pulau Sumatra itu telah ditetapkan sebagai destinasi prioritas nasional, khususnya kawasan Danau Toba yang kini telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG).

Data BPS menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke Sumatera utara pada tahun 2019 sebanyak 258.822, sementara pada saat memasuki pandemi COVID-19 tahun 2020 hanya mencapai 44.285 orang.

Ario menilai, selain memacu lalu lintas wisatawan baik asing maupun domestik, kemitraan ini juga akan mengerek investasi di Sumatra Utara yang dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Baca juga: Tak ada pendelegasian kewenangan negara ke swasta di Bandara Kualanamu

Menurut catatan BI, pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2022 bisa mengikuti target nasional di rentang 4,7-5,5 persen, sementara tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprediksi bisa mencapai 3,2-4,0 persen.

"Investasi masuknya dari perjalanan atau traveling. Jadi dengan Bandara Kualanamu jadi internasional hub akan mendatangkan investasi masuk ke wilayah Sumatra Utara karena potensi yang besar," ujarnya.

Ario menambahkan terpacunya investasi dan pariwisata akan mendorong pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kemitraan AP II bersama GMR Consortium terbentuk melalui perusahaan patungan bernama PT Angkasa Pura Aviasi, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh AP II sebesar 51 persen.

Angkasa Pura Aviasi akan mengoperasikan Bandara Kualanamu dengan pola kemitraan strategis selama 25 tahun senilai 6 miliar dolar AS melalui skema BOT (Build-Operate-Transfer), yang pada akhir kerja sama seluruh aset akan diserahterimakan kembali kepada AP II.

Baca juga: Jadi hub internasional, Bandara Kualanamu siap saingi Changi dan KLIA

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021