"Kelima seniman itu adalah Agus Trianto BR Herman Lekstiawan, Riduan, Robi Fathoni, dan Slamet `Soneo` Santoso," kata kurator pameran, Anton Larenz, di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, lima seniman dari berbagai kota ini akan menampilkan 20 lukisan berbagai ukuran karya mereka dalam pameran itu.
"Pameran bersama ini ingin menghidupkan kesadaran sejarah hingga proses tanpa sadar, misalnya pengalaman individual dalam bentuk metafora," katanya.
Ia mengatakan metafora diibaratkan seperti sebuah beban, yang merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk menguji umat, sehingga dapat menerimanya dengan ikhlas.
"Dalam konteks itu, karya seni mampu membuka pandangan totalitas yang tersembunyi dan melahirkan keikhlasan untuk menerima segala sesuatu," katanya.
Menurut dia, pengamatan peristiwa politik dan masyarakat menjadi hal penting dalam pemilihan narasi Agus Trianto BR untuk lukisan karyanya.
"Karya seni mencerminkan baik hal pribadi maupun umum. Hal itu yang ditampilkan Agus Trianto dalam lukisannya," katanya.
Ia mengatakan dalam lukisan karya Riduan, sejarah politik diwakili oleh potret beberapa tokoh seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Lee Kuan Yew.
"Hal tersebut selain untuk memperlihatkan arus sejarah yang membawa hal baik, juga untuk menunjukkan sesuatu yang kontroversial atau belum diterima," katanya.
(U.B015/M008)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
