New York (ANTARA) - Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah ekspektasi bahwa permintaan bahan bakar akan bertahan meskipun infeksi virus corona Omicron melonjak dan OPEC akan terus meningkatkan produksi hanya secara bertahap.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari menetap di 79,32 dolar AS per barel, naik 9 sen atau 0,11 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari bertambah 43 sen atau 0,56 persen, menjadi ditutup di 76,99 dolar AS per barel, kenaikan sesi ketujuh berturut-turut.

Keuntungan mereda karena importir utama dunia China memotong batch pertama alokasi impor minyak mentah untuk 2022.

"Kami memiliki jumlah permintaan yang sangat kuat hingga Desember, jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang akan dilakukan OPEC," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York. Kilduff memperkirakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan terus menambah produksi secara bertahap.

China, importir minyak mentah utama dunia, menurunkan batch pertama kuota impor 2022 ke sebagian besar penyulingan independen sebesar 11 persen.

"Sentimen pasar melemah di tengah kekhawatiran bahwa pemerintah China dapat mengambil tindakan lebih keras," kata seorang analis yang berbasis di Singapura, merujuk pada penyulingan independen.
Baca juga: Minyak naik di Asia, permintaan meningkat meski kasus Omicron melonjak

Namun, harga minyak global telah rebound antara 50 persen dan 60 persen pada tahun 2021 karena permintaan bahan bakar kembali ke level pra-pandemi dan pengurangan produksi yang dalam oleh OPEC+ untuk sebagian besar tahun ini menghapus kelebihan pasokan.

Data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (29/12/2021) menunjukkan persediaan minyak mentah turun 3,6 juta barel dalam seminggu hingga 24 Desember, lebih besar dari yang diperkirakan para analis yang disurvei oleh Reuters.

Persediaan bensin dan sulingan juga turun, dibandingkan perkiraan analis untuk kenaikan, menunjukkan permintaan tetap kuat meskipun ada rekor kasus COVID-19 di Amerika Serikat.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk membatasi dampak rekor kasus COVID-19 yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi, seperti melonggarkan aturan pengujian.
Baca juga: Minyak melonjak dipicu berkurangnya kekhawatiran penurunan permintaan

OPEC+ akan bertemu pada 4 Januari untuk memutuskan apakah akan melanjutkan peningkatan produksi pada Februari.

Raja Arab Saudi Salman mengatakan pada Rabu (29/12/2021) bahwa perjanjian produksi OPEC+ diperlukan untuk stabilitas pasar minyak dan bahwa produsen harus mematuhi pakta tersebut.

Irak mengatakan akan mendukung untuk tetap berpegang pada kebijakan OPEC+ yang ada guna meningkatkan produksi dengan gabungan 400.000 barel per hari pada Februari.

Shell mengatakan telah melanjutkan ekspor minyak Forcados di Nigeria, mengurangi satu dari tiga penghentian produksi global utama yang juga mencakup Ekuador dan Libya.

Baca juga: Ketua OPEC desak kehati-hatian produksi, tanda-tanda surplus meningkat
Baca juga: OPEC sebut harga tinggi meredam laju pemulihan permintaan minyak

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021