Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi, turun dari level tertingginya dalam lebih dari sebulan karena produsen OPEC+ tetap berpegang pada rencana untuk meningkatkan produksi dan stok bahan bakar AS melonjak di tengah penurunan permintaan.

Patokan global minyak mentah berjangka Brent merosot 87 sen atau 1,08 persen, menjadi diperdagangkan di 79,93 dolar AS per barel pada pukul 01.54 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS kehilangan 62 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 77,23 dolar AS per barel.

Pada Rabu (5/1/2022), kedua kontrak naik ke level tertinggi sejak akhir November.

OPEC+, sebuah kelompok yang mencakup anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan produsen lainnya, pada Selasa (4/1/2022) sepakat untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari (bph) pada Februari, seperti yang telah dilakukan setiap bulan sejak Agustus.

Stok minyak mentah AS turun pekan lalu, sementara persediaan bensin melonjak lebih dari 10 juta barel, kenaikan mingguan terbesar sejak April 2020, karena pasokan didukung di kilang-kilang akibat berkurangnya permintaan bahan bakar.

Risalah dari pertemuan Federal Reserve AS yang menunjukkan pembuat kebijakan mungkin harus menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar memberikan tekanan tambahan pada harga minyak.

Pasar saham AS turun dan imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak pada Rabu (5/1/2022) setelah risalah pertemuan Fed dirilis. Risalah juga menunjukkan The Fed dapat mengurangi kepemilikan aset secara keseluruhan untuk menjinakkan inflasi yang tinggi.

Sementara itu, pipa minyak Keystone 590.000-bpd TC Energy (TRP.TO) ditutup pada Selasa malam (4/1/2021) karena pemeliharaan yang tidak direncanakan, kata perusahaan itu pada Rabu (5/1/2022), karena bagian barat Kanada bergulat dengan cuaca musim dingin yang sangat dingin.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022