Solo (ANTARA News) - Sebanyak 77.800 burung puyuh mati terserang penyakit avian influenza (AI) alias flu burung dan ND (tetelo) di Desa Gajahan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Desa Gajahan merupakan sentra ternak burung puyuh yang populasinya mencapai 93 ribu ekor, namun kini populasinya anjlok akibat terserang flu burung, kata Kasubdin Peternakan Dinas Pertanian, Kabupaten Karanganyar Widodo Sumantri, di sela penyemprotan desinfektan di daerah tersebut, Rabu. Ia mengatakan, meskipun burung puyuh di daerah ini positif terserang penyakit flu burung, sampai saat ini penyakit yang mematikan itu juga belum menyerangpeternak burung puyuh tersebut. Dikatakan Dinas Pertanian setempat yang bekerja sama dengan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, sekarang juga sudah melakukan langkah-langkah pencegahan jangan sampai penyakit itu menyerang manusia. Langkah-langkah pencegahan itu dilakukan dengan cara burung puyuh yang sedang sakit/mati itu tidak boleh dikonsumsi manusia dan harus dikubur atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Sementara kandang-kandang untuk ternak burung puyuh itu harus diistirahatkan paling tidak selama tiga minggu serta disemprot dengan desinsfektan. Penyemprotan desinsfektan itu juga dilakukan di lingkungan kandang atau rumah-rumah penduduk, ini semua dilakukan agar penyakit tersebut tidak menular kepada manusia. Selain itu kini juga disediakan sebanyak 53 ribu dosis vaksin yang setiap saat bisa digunakan peternak unggas, kata Widodo Sumantri. Pihak Pemerintah Kabupaten Karanganyar sekarang ini juga memberlakukan pengetatan arus lalu lintas ternak. Burung puyuh milik peternak di Desa Gajahan mulai terserang penyakit tersebut diperkirakan sejak bulan Desember 2005, tetapi saat itu yang mati belum banyak dan terjadi puncaknya memasuki bulan Januari 2006 sampai sekarang yang mati ada ribuan sewtiap harinya, ujarnya. Dinas Pertanian setempat saat mendapat laporan adanya burung puyuh yang mati itu langsung mengadakan pengecekan kelapangan dan pada awalnya diperkirakan hanya kena penyakit ND (tetelo). "Saya memang saat itu masih kurang percaya, karena setiap hari jumlah yang mati itu bertambah banyak dan terus diambil contoh darah burung puyuh yang mati itu dibawa ke laboratorium di Wates Yogyakarta, ternyata setelah diperiksa hasilnya positip terkena AI," kata Widodo Sumantri. Menyinggung mengenai kerugian, ia mengatakan sampai sekarang ini masih belum diketahui.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006