Shanghai (ANTARA) - Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Kamis pagi, menghentikan penurunan lima hari beruntun mengabaikan penurunan di Eropa dan di Wall Street semalam karena China menggarisbawahi gambaran moneter dan ekonomi yang menyimpang dengan memangkas suku bunga acuan hipoteknya.

Meskipun awal yang stabil di Asia, analis di ING mengatakan risiko geo-politik, terutama kemungkinan Rusia menginvasi Ukraina, dapat terus membebani saham global, menambah tekanan yang ada dari prospek kenaikan suku bunga.

"Pasar akan segera mulai mempertimbangkan risiko yang lebih besar dari konflik yang berkobar antara Rusia dan Ukraina, yang merupakan salah satu alasan mengapa saham dapat terus dijual dan mengapa imbal hasil obligasi pemerintah tidak naik satu arah."

Baca juga: Saham China jatuh, penurunan suku bunga pinjaman gagal hibur investor

Presiden AS Joe Biden memperkirakan pada Rabu (19/1/2022) bahwa Rusia akan mengambil tindakan terhadap Ukraina, dengan mengatakan invasi skala penuh akan menjadi "bencana bagi Rusia" tetapi menyatakan mungkin ada biaya yang lebih rendah untuk "serangan kecil."

Ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan bergerak lebih cepat untuk menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi memukul saham teknologi sangat keras semalam, mendorong Nasdaq turun lebih dari 1,0 persen ke wilayah koreksi.

Aksi jual juga memukul obligasi, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS ke tertinggi dua tahun pada Rabu (19/1/2022), dan membawa imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman ke wilayah positif untuk pertama kalinya sejak Mei 2019 karena investor bertaruh pembuat kebijakan akan mengekang stimulus bertahun-tahun untuk memerangi kenaikan inflasi yang diperburuk oleh gangguan rantai pasokan.

"Ada saatnya ketika Anda melepas, Anda mungkin ingin berhenti melepas. Jika obligasi mulai sedikit menguat, dan Anda melihat imbal hasil turun kemarin di AS, rasanya seperti ... dapatkan tindak lanjut hari ini," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index di Sydney.

Baca juga: Saham Asia berjatuhan setelah risalah Fed lebih "hawkish"

Sangat kontras dengan langkah global menuju kebijakan yang lebih ketat dan suku bunga yang lebih tinggi, China pada Kamis memangkas suku bunga acuan hipoteknya untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. Langkah tersebut menyusul pemotongan mengejutkan pada suku bunga bank sentral untuk pinjaman jangka menengah satu tahun pada Senin (17/1/2022).

Otoritas moneter China telah mengisyaratkan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah pelonggaran lebih banyak tahun ini untuk menopang pertumbuhan yang melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Data yang dirilis pada awal pekan menunjukkan pelemahan dalam sektor konsumsi dan properti menggelapkan prospek meskipun angka pertumbuhan utamanya kuat.

Indeks saham unggulan China CSI300 naik 0,7 persen pada Kamis pagi dan indeks Hang Seng Hong Kong bertambah lebih dari 1,4 persen. Kenaikan saham China mendorong indeks MSCI saham Asia di luar Jepang menguat 0,54 persen.

KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,1 persen dan saham Australia turun dengan margin yang sama. Di Tokyo, indeks Nikkei 225 bertambah 0,17 persen.

Kenaikan moderat di Asia terjadi setelah investor di Wall Street melihat pendapatan yang kuat mengalahkan prospek inflasi dan kenaikan suku bunga.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022