Aksi jual saham AS kemarin brutal dan akan mendominasi Asia pagi ini,
Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia jatuh pada awal perdagangan Jumat, setelah saham-saham di Wall Street terpukul semalam, tertekan oleh kekhawatiran yang berkepanjangan atas pengetatan Federal Reserve serta data ekonomi dan laporan laba perusahaan yang lebih lemah dari perkiraan.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,8 persen, dan indeks Nikkei Jepang anjlok 1,66 persen. Harga minyak juga turun tajam dan berada di jalur untuk kerugian mingguan pertama mereka tahun ini.

"Aksi jual saham AS kemarin brutal dan akan mendominasi Asia pagi ini," kata Rob Carnell, kepala ekonom di ING di Singapura.

"Tapi ada kantong optimisme seperti langkah China yang lebih akomodatif pada kebijakan moneter," tambahnya.

Baca juga: Pasar saham Asia menguat setelah China pangkas suku bunga hipotek

Nasdaq turun di akhir sesi AS, ditutup 1,3 persen lebih rendah, karena investor dengan cemas menunggu pertemuan kebijakan Fed minggu depan untuk rincian tentang bagaimana bank sentral bermaksud untuk mengatasi inflasi.

Nasdaq berjangka melemah 1,0 persen di perdagangan Asia, dirugikan oleh Netflix Inc yang memperkirakan pertumbuhan pelanggan kuartal pertama yang lemah setelah penutupan.

Pergerakan meluas ke saham China dengan indeks acuan Hong Kong kehilangan 0,24 persen setelah membukukan hari terbaiknya dalam enam bulan sehari sebelumnya dan saham unggulan China melemah 0,5 persen juga setelah naik sehari sebelumnya.

China memangkas suku bunga hipotek acuan pada Kamis (20/1/2022), langkah terbaru dalam putaran pelonggaran moneter yang bertujuan menopang ekonomi yang memburuk oleh sektor properti yang bermasalah di negara itu dan kekhawatiran atas varian virus corona Omicron.

"Perbedaan utama dalam kinerja pasar ekuitas antara AS dan China dapat dikaitkan dengan bifurkasi dalam kebijakan moneter," kata David Chao, ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik di Invesco.

Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah, indeks Shanghai jatuh 0,23 persen

Pergerakan China adalah "tanda yang sangat menggembirakan" tetapi tindakan Fed dapat menambah volatilitas pasar jangka pendek, katanya.

Minyak turun karena OPEC+ berjuang untuk memenuhi jadwal kenaikan target produksi dan momok invasi Rusia ke Ukraina mengirimkan kegelisahan melalui pasar global.

"Mengeluarkan produk ke pasar adalah faktor utama yang membebani saat ini, karena permintaan tetap kuat saat dunia perlahan dibuka kembali," kata Carnell dari ING.

Minyak mentah AS turun 2,44 persen menjadi diperdagangkan di 83,46 dolar AS per barel pada Jumat pagi dan minyak mentah Brent kehilangan 2,55 persen menjadi diperdagangkan di 86,14 dolar AS per barel.

Baca juga: IHSG Jumat dibuka melemah tipis 0,52 poin

Imbal hasil obligasi pemerintah AS sedikit lebih rendah di sepanjang kurva pada Jumat, setelah meningkat tajam di awal pekan karena investor memposisikan diri mereka untuk kemungkinan bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter lebih agresif guna mencegah inflasi.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 1,7791 persen, terendah dalam seminggu, setelah mencapai tertinggi dua tahun 1,902 persen pada Rabu (19/1/2022).

Imbal hasil yang meningkat telah membantu dolar naik di awal pekan, meskipun pada Jumat indeks dolar sebagian besar tetap datar terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya.

Namun, greenback memang kehilangan kekuatan terhadap safe haven yen , jatuh ke level terendah satu minggu di 113,8 per dolar, sementara dolar Australia yang ramah risiko merosot 0,39 persen.

Emas di pasar spot sebagian besar tetap tidak berubah di 1.838,41 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022