Pada awal-awal rajin cuci tangan
Jakarta (ANTARA) - Katadata Insight Center (KIC) membeberkan persentase untuk kebiasaan melakukan mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak di kalangan para pedagang alami penurunan dibandingkan empat sampai lima bulan yang lalu.
 

“Yang menarik untuk diperhatikan adalah mulai berkurangnya kebiasaan untuk mencuci tangan dengan memakai sabun secara personal,” kata Manajer Riset Katadata Insight Center (KIC) Vivi Zabkie dalam Survei Katadata “Cek Fakta untuk Halau Hoaks di Pedagang Pasar” yang diikuti daring di Jakarta, Rabu.
 

Survei tersebut dilakukan melalui dua tahap, dimana survei kedua dilakukan pada 1.061 orang sejak tanggal 10 November hingga 30 November 2021 lalu dengan metode online dan non-probability sampling, sedangkan survei pertama dikerjakan pada bulan Juni-Juli 2021 dengan jumlah responden sebanyak 1.454 orang.
 

Dari 241 responden yang mengikuti kedua survei itu di 181 pasar basah pada 34 provinsi, disebutkan bahwa pada survei kedua sebesar 55,6 persen pedagang mengaku masih mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir selama minimal 20 detik.

Baca juga: Bantu prokes, kondisi fasilitas cuci tangan umum harus diperhatikan

Baca juga: Nyanyi Indonesia Raya hingga menghapal Al Quran sanksi prokes di Aceh

 

Namun, jumlah itu justru menurun dari angka pada survei yang dilakukan pertama kali yakni sebesar 58,5 persen.
 

Sama halnya dengan penerapan jaga jarak sejauh satu sampai dua meter dengan orang lain. Hanya 51,5 persen pedagang yang masih menerapkan hal tersebut, setelah sebelumnya berada pada angka 54,8 persen.
 

“Kita menyadari dan mengakui pada awal-awal rajin cuci tangan. Sekarang malah mulai agak jarang, di lingkungan para pedagang juga terjadi seperti itu,” ucap dia.
 

Walaupun demikian, jumlah pedagang yang menggunakan masker di tempat umum, memakai hand sanitizer dan tak menyentuh wajah bila belum mencuci tangan mengalami peningkatan meski hanya memperlihatkan perbedaan tipis.
 

Jumlah pedagang yang menggunakan masker saat ini naik menjadi 96,7 persen dari sebelumnya yang berkisar 95,9 persen.
 

Untuk pemakaian hand sanitizer, dari 57,3 persen naik menjadi 58,5 persen pedagang yang menggunakannya. Pada persentase pedagang yang tidak menyentuh wajah bila belum mencuci tangan, angka naik dari 38,2 persen menjadi 46,5 persen.
 

Menurut Vivi, persentase yang didapatkan dari penerapan protokol yang dilakukan oleh para pedagang, merupakan hasil dari cerminan perilaku masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan secara umum.
 

Dengan adanya penurunan dari dua komponen protokol kesehatan yang dapat melindungi seluruh pihak termasuk para pedagang di pasar, dia berharap semua pihak dapat lebih gencar memberikan sosialisasi pentingnya menjalankan hal tersebut.
 

“Ini tugas kita bersama untuk melakukan sosialisasi betapa pentingnya aktivitas protokol kesehatan ini. Bahkan (jumlah pedagang yang) jaga jarak juga sudah mulai berkurang,” tegas Vivi.

Baca juga: Sekolah di Aceh yang ditutup karena abaikan prokes dibuka kembali

Baca juga: Kemendikbud dan Kemenkes jadikan Cuci Tangan sebagai budaya bangsa

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022