Jakarta (ANTARA) - Hampir lima bulan setelah Rafael Nadal mengunggah foto dirinya dengan kruk setelah menjalani perawatan medis, petenis 35 tahun asal Spanyol itu kini berada dalam jangkauan meraih kemenangan yang mustahil.

Nadal, yang akan melawan Daniil Medvedev di final Australian Open pada Minggu, memiliki peluang menjadi petenis pria pertama yang memenangi 21 gelar Grand Slam apabila ia mengalahkan sang lawan asal Rusia di Melbourne.

Medvedev lebih muda sepuluh tahun dari Nadal dan dia adalah pemain yang dominan di lapangan keras serta memenangi pertemuan terakhir mereka di ATP Finals pada 2020.

"Apabila saya tidak mampu bermain di level teratas saya, tidak akan ada kesempatan (bagi saya)," kata Nadal dikutip Reuters.

Baca juga: Nadal maju ke final Australian Open usai kalahkan Berrettini
Baca juga: Medvedev libas Tsitsipas untuk bertemu Nadal di final Australian Open


Faktanya, Nadal merengkuh kesempatan itu padahal belum lama ini ia mengunggah foto dirinya pada 11 September, tepat pada hari di mana Medvedev memesan tiket final US Open.

Hari itu Nadal masih bersandar di penyangga kaki menyusul perawatan terhadap kakinya yang bermasalah sejak ia masih belia.

Nadal diketahui menderita sindrom Muller-Weiss, suatu kondisi yang sangat langka yang menyebabkan rasa sakit kronis di kaki kiri sang petenis. Dalam beberapa kasus, sindrom itu dapat juga menyebabkan kelainan bentuk kaki.

Pada hari yang sama, rival utamanya Novak Djokovic juga berjarak satu pertandingan dari titel Grand Slamnya setelah meraih kemenangan lima set ata Alexander Zverev di Flushing Meadows.

Nadal dan Djokovic bersaing dalam menjadi petenis pertama yang meraih 20 titel Grand Slam.

Baca juga: Nadal fokus nikmati pertandingan, bukan cetak rekor Grand Slam

Djokovic tampak berpeluang besar meraih hal itu di tengah keraguan yang meliputi Nadal dan Roger Federer yang masih menepi belum menemukan puncak permainan dan kondisi mereka.

Hanya Medvedev yang dapat menghentikan laju sang petenis Serbia dari merebut kemenangan di Manhattan dan menuju ke Melbourne, yang merupakan turnamen paling bersahabat ke Djokovic dalam satu dekade terakhir, sembari mencari titel ke-22.

Namun, Djokovic dikalahkan Medvedev tiga set langsung di New York dan kemudian dideportasi dari Australia yang membuatnya gagal mempertahankan titelnya di Melbourne Park.

Nadal juga sakit karena COVID-19 pada Desember, namun mampu kembali fit dan menggebrak di Grand Slam.

Baca juga: Nadal positif COVID-19 setelah "comeback" di Abu Dhabi

Kemenangan atas Medvedev di Rod Laver Arena akan melengkapi babak tak terlupakan dalam karier luar biasa Nadal.

Dia mengatakan setelah mengalahkan petenis Italia Matteo Berrettini pada Jumat bahwa dia tak bisa membayangkan bermain di partai puncak di Melbourne ketika ia tiba di sana pada awal bulan ini.

"Bagi saya, ini sesuatu yang sangat tidak terbayangkan, jadi saya sangat senang," kata Nadal.

"Tentu setiap orang tahu saya dan saya akan selalu berusaha yang terbaik. Tentu tujuan saya sekarang adalah menang."

Baca juga: Medvedev didenda Rp170 juta karena omeli wasit di Australian Open

Nadal tetap dianggap berkesempatan kecil oleh bandar judi Australia, namun permainan kidalnya telah membawanya sejauh ini di Melbourne.

Terlepas dari cedera dan sakit yang dideritanya, Nadal juga mampu bangkit ketika terlihat kewalahan dengan panas dan tembakan yang dilesakkan Denis Shapolov di perempat-final.

Medvedev telah menghancurkan impian Djokovic di New York. Dia tak akan ragu melakukan hal yang sama kepada Nadal.

Akan tetapi, bagaimanapun hasil final nanti, Nadal akan menikmatinya karena meraih peluang itu.

"Saya rasa saya mampu lebih menikmatinya daripada yang lain, karena seringkali saya nyaris tidak mampu melakukan itu lagi," kata dia.

Baca juga: Barty juarai tunggal putri Australian Open 2022
Baca juga: Mladenovic dan Dodig juarai ganda campuran Australian Open

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022