Baubau, Sultra (ANTARA News) - Sejarawan Universitas Indonesia, Prof Dr Anhar Gonggong menilai Sultan Buton ke-20 dan ke-23, Sultan Himayatuddin pantas menjadi Pahlawan Nasional karena semasa menjabat Sultan Buton, ia gigih melawan penjajah Belanda.

"Membaca berbagai tulisan sejarah tentang Sultan Himayatudin, yang bersangkutan sangat pantas menjadi Pahlawan Nasional karena sikap tegasnya menentang penjajah Belanda yang tidak pernah surut dan tanpa cacat," kata sejarawan UI itu saat berbicaca pada Seminar Pengusulan Sultan Himayatudin menjadi Pahlawan Nasional di Baubau, Minggu.

Meski demikian kata Anhar, keputusan akhir untuk menjadikan Sultan Himayatudin Pahlawan Nasional, masih sangat tergantung dari keputusan Presiden.

"Setidaknya, masih ada tiga tahapan lagi yang harus dilalui untuk menetapkan Sultan Himayatudin menjadi Pahlawan Nasional," katanya.

Ketiga tahapan tersebut ujar Anhar, yakni Usulan Menteri Sosial ke Sekretariat Negara, dibahas Tim Pemberian Gelar Pahlawan dan terakhir keputusan presiden.

"Kalau ketiga tahapan itu sudah dilalu, maka jadilah Sultan Himatudin Pahlawan Nasional yang sifat kejuangannya tidak hanya dicontoh oleh masyarakat Buton akan tetapi menjadi panutan bagi seluruh bangsa Indonesia," katanya.

Anhar Gongong mengingatkan kepada masyarakat Buton, jika kelak Pemerintah Pusat dalam hal ini presiden menyetujui usulan itu, maka seluruh sifat kemipiminan yang pernah dipertontonkan oleh Sultan Himayatudin harus dicontoh dan diaplikasikan dalam memimpin daerah.

"Saya menilai fakta sejarah, betapa Sultan Himayatudin mengorbankan dirinya untuk keselamatan masyarakat Buton dan wilayah Buton yang menjadi bagian dari NKRI," katanya.

Menurut Anhar sikap Sultan Himayatudin mengorbankan putri putrinya ditawan penjajah Belanda hanya karena tidak ingin tunduk kepada pemerintah penjajah, merupakan sikap pemimpin sejati yang patut diteladani.

Karena memang kata dia, pemimpin yang demikian itulah benar-benar pemimpin, mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat banyak.

"Sekarang ini, sifat-sifat kepemimpinan seperti Sultan Himayatudin atau Bung Karno dan Bung Hatta, sudah menjadi barang langka di negeri ini," katanya.
(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011