Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab M. Wahid Supriyadi mengatakan, para pengusaha negara itu tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia dalam proyek jangka panjang bukan jangka menengah atau pendek.

"Modal hingga senilai 9,5 miliar dolar AS akan ditanam lebih banyak di sektor pertambangan," kata Dubes di di Jakarta, Jumat, dalam perbincangan dengan ANTARA sehubungan dengan pelaksanaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2011 di Jakarta.

Sebanyak 70 pengusaha yang didukung Kementerian Perdagangan Luar Negeri UAE dan Dubai Export Development Corporation melihat sektor-sektor potensial produk ekspor Indonesia ke UAE di pameran tersebut.

Ia mengatakan, realisasi investasi tidak sama dengan komitmen yang dibuat pengusaha karena berbagai alasan.

Menurut dia, kebanyakan investasi UAE di Indonesia melalui negara ketiga. "Jadi nilai rilnya bisa lebih dari komitmen yang mereka buat," kata Dubes Wahid yang telah bertugas di negara Teluk itu selama lebih tiga tahun.

Beberapa perusahaan UAE seperti Etisalat, DP World, Dubai Drydockworld, dan Limitless dengan menggandeng para mitranya beroperasi di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara memiliki banyak peluang untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara.

Namun dia menyatakan, belum puas karena Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Menurut dia, para pengusaha Indonesia masih belum banyak yang melihat potensi pasar Timur Tengah dan Afrika.

Hal ini dapat dilihat dari kehadiran perusahaan Indonesia di UAE yang berjumlah 15, jauh di bawah misalnya perusahaan Malaysia yang mencapai 120.

Dia melihat bahwa UAE sebagai pusat perdagangan di Timur Tengah dapat dijadikan pintu masuk bagi produk-produk Indonesia untuk pasar Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika yang masih sangat terbuka.

Data menunjukkan bahwa total impor Dubai, salah satu emirat di UAE, tercatat 130 miliar dolar AS. Dari sana, berbagai produk direekspor.


Perdagangan RI-UAE

Ia mengatakan, total perdagangan Indonesia-UAE pada 2010 mencapai hampir 2 miliar dolar AS. Total perdagangan 2010 itu naik 26,4 persen dari total perdagangan pada 2009, dan Indonesia menikmati surplus hampir 1 miliar dolar. Hingga Juli 2011, total perdagangan Indonesia-UAE naik 32 persen dibandingkan dengan total perdagangan pada periode sama tahun lalu.

"Indonesia selalu mengalami surplus dalam perdagangan dengan salah satu negara kaya di kawasan itu," ujarnya.

Produk-produk Indonesia yang memiliki nilai tambah tinggi seperti otomotif beserta suku cadang dan aksesoris, produk elektronika dan perabot rumah tangga mulai masuk ke pasar UAE.

KBRI Abu Dhabi dan KJRI Dubai aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan dan promosi seperti Busniess Dinner pada 10 Oktober 2011 di World Trade Center, Dubai,

Dalam acara yang dihadiri sekitar 60 pengusaha lokal tersebut, Deputi Pemasaran Luar Negeri BKPM Himawan memaparkan tentang peluang investasi di Indonesia, yang didukung dengan perekonomian yang sehat dan serangkaian kebijakan baru yang pro bisnis seperti pengenalan tax holiday dan sistem perizinan satu atap yang semakin efisien.

Dikatakannya, pada 2010 Indonesia berhasil menarik investasi sekitar 23 miliar dolar atau naik 54 persen dari prediksi pemerintah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16,6 miliar dolar merupakan investasi asing langsung (FDI). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin menarik bagi para investor asing.

Diharapkan paling lambat akhir 2011 Indonesia akan mendapatkan "investment grade" dari beberapa pemeringkat credit rating sehingga dapat dipastikan akan semakin menarik invetor asing untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.

Himawan juga memaparkan tentang proyeksi perekonomian Indonesia sampai tahun 2025 dengan target menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi nomor 12 dunia. Saat ini dengan GDP sekitar 706 miliar dolar, Indonesia berada pada posisi 18 ekonomi terkuat di dunia dan masuk dalam G-20.

(T.M016/N002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011