Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Saan Mustopa berharap, Pemerintah Belanda memberikan beasiswa kepada anak dan cucu korban pembantaian ratusan warga di Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Saan mengatakan, adanya kompensasi bagi keluarga korban sebaiknya diikuti dengan pendidikan bagi anak dan cucu korban.

"Kita berharap tidak sebatas hanya sampai di situ (kompensasi). Kita ingin kelangsungan keturunan korban juga diperhatikan khusus dalam bentuk pendidikan. Kita juga minta Pemerintah Belanda memberikan beasiswa untuk anak-anak dan cucu-cucu korban karena itu yang membuat keluarga korban menjadi lebih baik," kata Saan kepada ANTARA di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.

Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Karawang, Bekasi dan Purwakarta itu menyebutkan, kompensasi bagi warga Rawagede sudah selesai dan pelaksanaannya mulai bulan Desember.

"Kita sangat berterima kasih kepada kawan-kawan Komite Utang Penghormatan Belanda yang sudah memperjuangkan masyarakat Rawagede. Mudah-mudahan apa yang sudah dimulai di Rawagede, perjuangan itu bisa menjadi awal untuk memperjuangkan daerah-daerah lain yang mempunyai nasib yang sama seperti kasus pembantaian warga oleh Westerling dan daerah lain," kata Saan.

Selain itu, kata Saan, dirinya memberikan penghargaan kepada Pemerintah Belanda yang mengakui dan telah meminta maaf kepada Indonesia, khususnya kepada keluarga korban yang ada di Rawagede.

"Dalam peringatan 64 tahun pembantaian masyarakat Rawagede Karawang yang dihadiri oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, ada permintaan maaf dari pemerintah Belanda melalui duta besarnya, Tjeerd de Zwaan. Kita menghargai sekali apa yang disampaikan oleh Pemerintah Belanda," kata Saan.

Ia berharap, kompensasi yang diberikan oleh Pemerintah Belanda sebesar 25 ribu euro per keluarga bisa diterima oleh yang berhak dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Pertama-tama harus diterima oleh yang berhak, bisa bermanfaat bagi masyarakat setempat. Semua pihak akan mengawasi penyaluran kompensasi," kata Saan.

Pada 9 Desember 1947, pasukan Belanda membantai 431 orang yang terdiri atas pria dan anak-anak. Di antara jumlah tersebut, hanya 181 korban yang jenazahnya ditemukan dan dimakamkan secara baik. Jenazah lain tidak ditemukan karena diduga hanyut oleh arus sungai.(ANT)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011