Beijing (ANTARA) - Otoritas Kota Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang, China, menepis rumor bahwa kebakaran sebuah apartemen 21 lantai pada Kamis (24/11) malam yang menewaskan 10 warga dan melukai sembilan orang lainnya sebagai dampak dari pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) terkait wabah COVID-19.

Beberapa kota di Xinjiang, termasuk Urumqi, mulai Senin sudah membuka kembali pelayanan transportasi publik dan mengizinkan masyarakat yang tinggal di zona berisiko rendah COVID-19 untuk kembali beraktivitas seperti biasa secara bertahap.

Empat jadwal penerbangan China Southern Airlines dari Urumqi menuju Changsha, Sanya, Zhengzhou, dan Chongqing juga sudah kembali normal.

Pasar, pusat jajanan, restoran, toko obat, stasiun pengisian bahan bakar, bank, salon, kantor pos, dan objek wisata di zona berisiko rendah COVID-19 di beberapa kota di Xinjiang juga sudah bisa menerima pengunjung.

"Bagi individu yang memiliki masalah, tuntutan, atau saran, silakan disampaikan melalui komunitas dan kami akan bersama-sama mencari solusi," demikian pernyataan tertulis Pemerintah Kota Urumqi.

Sebelumnya beredar rumor bahwa kebakaran apartemen di Distrik Tianshan, Urumqi, itu sebagai akibat dari terhambatnya upaya penyelamatan korban oleh petugas pemadam kebakaran karena lokasi kejadian sedang dibarikade sesuai protokol kesehatan antipandemi.

Beberapa foto yang tersebar di media-media sosial China menunjukkan bahwa pintu keluar apartemen yang terbakar itu dalam keadaan terkunci sehingga menyulitkan petugas kebakaran melakukan upaya penyelamatan.

Namun, otoritas Distrik Tianshan telah mengecek lokasi dan menemukan bahwa semua unit apartemen di lokasi kebakaran tidak terkunci.

Foto-foto yang menunjukkan pintu terkunci itu merupakan hasil penyuntingan, kata otoritas setempat.

Beberapa kota di Xinjiang, termasuk Urumqi, menjalani lockdown secara parsial sejak Agustus lalu.

Sejak 16 November, jumlah kasus baru positif harian COVID-19 di Xinjiang rata-rata melebihi 900.

Sementara itu, otoritas Beijing dalam kebijakan barunya melarang pemasangan barikade di pintu gerbang apartemen yang menjalani lockdown meskipun gelombang kasus saat ini belum ada tanda-tanda akan mereda.

Ada tiga kasus kematian sebagai akibat tidak langsung dari gelombang COVID-19 terkini di China.

Dua kasus di antaranya dialami balita dari permukiman lockdown, diduga karena terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit, dan satu kasus bunuh diri warga di apartemen yang sedang lockdown.

Baca juga: Protes anti-lockdown menyebar di China
Baca juga: Kasus COVID-19 di Beijing meningkat, KBRI ubah jam kerja
Baca juga: Beijing akan percepat pembukaan kembali toko yang terdampak COVID-19

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022