Jakarta (ANTARA) - Psikolog Putu Andani mengatakan perundungan yang terjadi pada anak dalam jangka waktu lama dapat membuat anak tersebut merasa rendah diri.

"Anak itu bisa memandang dirinya kurang, tidak mampu," kata Putu Andani dalam webinar bertajuk "Cegah Cyber Bullying dengan Bijak Bermedia Sosial", Jakarta, Rabu.

Putu Andani mengatakan dampak paling sering akibat perundungan anak adalah reaksi emosional seperti sedih, marah, cemas, dan depresi.

Selain itu, anak bisa kesulitan membangun hubungan pertemanan.

Baca juga: Psikolog: Bentuk karakter anak agar tidak menjadi pelaku bullying

"Karena ada satu kelompok saja yang nge-bully anak, anak merasa semua orang tidak suka sama dia," katanya.

Dampak lainnya adalah menurunnya prestasi akademis. Bahkan anak juga dapat menjadi enggan untuk bersekolah.

Menurut Putu Andani, dapat juga terjadi efek domino pada korban perundungan.

"Setelah dia dirundung, bisa saja dia merundung orang lain," katanya.

Kemudian, kata dia, perundungan bisa menimbulkan masalah kesehatan.

Baca juga: Psikolog: Orang tua perlu pastikan anak sehat secara fisik dan mental

"Akibat terparah dari perundungan adalah bunuh diri," katanya.

Sementara Data Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 menyebutkan lelucon dan komentar kasar menjadi kekerasan emosional yang paling banyak dilakukan oleh teman sebaya kepada anak laki-laki dan perempuan usia 13-17 tahun.

Tercatat ada 32,06 persen anak laki-laki dan 42,61 persen anak perempuan mengalami cyberbullying sepanjang hidupnya.

Ada tiga jenis kekerasan terhadap anak yang disurvei dalam SNPHAR 2021, yakni kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan kekerasan emosional.

Baca juga: Psikolog: Periode emas fase penting untuk jaga kesehatan mental anak

Kekerasan emosional masih menjadi bentuk kekerasan yang prevalensinya paling tinggi dibanding bentuk kekerasan lain.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022