Kulonprogo (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM mendukung pengembangan dan peningkatan produksi minyak kelapa murni (virgin coconut oil) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Kementerian Koperasi dan UKM berjanji untuk ikut mengembangkan produk ini," kata Mennegkop dan UKM Suryadharma Ali di sela kunjungan kerja ke sentra produksi VCO di Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin. Ia menyebutkan, dukungan pengembangan produk itu antara lain dilakukan melalui permodalan dan pembiayaan. Dari sisi permodalan, diupayakan adanya peningkatan produktivitas misalnya dalam bentuk pinjaman atau bantuan pengadaan mesin-mesin. Sementara dari aspek pembiayaan, pihaknya meminta agar perajin VCO yang sebagian besar wanita membentuk Koperasi Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera (Perkasa). Dengan koperasi ini, katanya, perempuan dapat berpartisipasi membentuk keluarga yang sehat sejahtera, tidak ada busung lapar, kurang gizi, dan sebagainya. "Saya minta itu segera dibentuk dan saya minta dinas koperasi setempat untuk membantu. Pembiayaan yang akan kita salurkan melalui koperasi perkasa adalah Rp100 juta," jelasnya. VCO merupakan produk yang dapat dikembangkan menjadi produk-produk lain seperti suplemen kesehatan (meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh), bahan kosmetik, sabun mandi, pencuci rambut (shampo), obat, dan produk-produk lainnya. "Pembuatan VCO memiliki prospek yang bagus. Itu bisa meningkatkan nilai tambah kepada masyarakat. Misalnya harga kelapa yang tadinya hanya Rp300 menjadi Rp700 hingga Rp1.000 per butir," katanya. Ia menyebutkan, dari kelapa terdapat nilai tambah bermacam-macam. Saat ini Indonesia baru dapat mengembangkan menjadi 22 produk turunan dari VCO sementara di negara lain sudah mencapai 220 turunan. "Dengan adanya program pengembangan VCO, pendapatan masyarakat meningkat secara signifikan," katanya. Khusus di Kulon Progo, ia menyebutkan, investasi yang sudah dilakukan untuk memproses pembuatan VCO mencapai sekitar Rp340 juta. Namun investasi itu jauh lebih rendah dibanding dengan total omzet yang mencapai sekitar Rp36 miliar. Omzet tersebut tidak hanya dari VCO-nya saja tetapi juga dari penjualan produk lain dari kelapa seperti briket arang batok kelapa, penjualan nata de coco (sari kelapa), smoke liquid, dan lainnya. Smoke liquid merupakan asap dari pembakaran batok kelapa ketika berlangsung pembuatan arang batok kelapa. Smoke liquiddapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti termasuk ikan tangkapan nelayan, tahu, dan lainnya. Untuk VCO, jelasnya, potensi pasarnya sangat besar baik ke Malaysia maupun ke Eropa. Sementara untuk smoke liquid, saat ini sudah ada permintaan dari Kanada sebanyak 150 ton pada tahap pertama. "Pemerintah akan memberi bantuan agar produktivitas meningkat bukan saja kuantitasnya tetapi juga kualitasnya," kata Suryadharma Ali.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006