Orang Banten bisa bersatu ketika menghadapi musuh bersama dan juga bisa bersikap membangkang terhadap penindasan."
Serang (ANTARA News) - Nilai-nilai positif perjalanan sejarah dan peristiwa masa lalu di Banten, bisa menjadi modal bagi generasi muda sekarang dalam membangun Banten, kata seorang guru besar.

Demikian disampaikan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Nina Herlina Lubis dalam seminar `Nilai-nilai Sejarah Sebagai Fundamental Pembangunan Banten` yang diselenggarakan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten di Serang, Selasa.

"Orang Banten bisa bersatu ketika menghadapi musuh bersama dan juga bisa bersikap membangkang terhadap penindasan. Satu hal yang juga menonjol dan bisa menjadi modal bagi generasi muda sekarang yakni semangat egaliter, demokratis dalam hidup keseharian maupun dalam konteks kehidupan bernegara," kata Nina Herlina Lubis saat menyampaikan paparannya mengenai `Rekonstruksi Nilai-nilai sejarah Banten Sebagai Fondasi Pembangunan Provinsi Banten di Masa Depan`.

Ia mengatakan, jika melihat perjalanan sejarah Banten, dapat ditemukan nilai-nilai yang tersirat dalam berbagai peristiwa masa lalu, bahwa orang Banten pada masa lalu bersikap progresif, terbuka namun tetap religius. Orang Banten juga bisa bersatu ketika menghadapi musuh bersama dan membangkang atau tidak `sumuhun dawuh` ketika menghadapi penindasan.

Menurutnya, nilai-nilai dalam sejarah Banten tersebut diantaranya semangat kebersamaan atau semangat korps. Dalam perjalanan sejarah, orang Banten selalu bersatu ketika menemukan musuh bersama, khususnya ketika terjadi konflik dengan orang asing.

"Sebagai contoh ketika konflik dengan VOC pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan peristiwa perlawanan Ratu Bagus Buang dengan Kiai Tapa," katanya.

Selain itu, pada masa lalu meskipun Banten sangat terbuka dengan globalisasi yang artinya bersikap progresif, namun masyarakatnya tetap religius. Hal tersebut karena Sultannya pada masa lalu, bukan hanya menjadi raja namun juga seorang ulama.

Sementara itu, Dosen Arkeologi Universitas Indonesia Irmawati M Johan mengatakan, Banten Lama sebagai pusat kerajaan Banten telah meninggalkan berbagai bentuk tinggalan budaya salah satunya adalah gerabah. Ada dua pusat kepandean yang sangat berperan dalam budaya Banten Lama yaitu situs Sukadiri dan Panjunan.

"Potensi tinggalan budaya Banten itu harus digali dan dikenalkan kepada masyarakat saat ini, ketika digali dan diteliti jangan dibiarkan begitu saja. Alangkah lebih baiknya Banten memiliki museum, barang-barang bersejarah itu disimpan di Museum Banten," kata Irmawati.

Dinas Budaya dan Pariwisata Banten menghadirkan ahli sejarah dalam seminar tentang Sejarah Banten, untuk menggali nilai-nilai sejarah Banten sebagai fundamental pembangunan Banten.

Seminar sejarah Banten yang digelar di Kota Serang tersebut menghadirkan sejumlah ahli sejarah dan budayawan sebagai pembicara diantaranya Azyumardi Azra, Titik Pudjiastuti, Heriyanti Ongkhodarma, Tri Wahyunging M Irsyam, Nina Herlina Lubis, Irmawati M Johan, Joko Marihandono dan Agus Arismunandar.

"Tujuan seminar ini untuk memperkaya khazanah sejarah Banten sebagai referensi dalam menggali nilia-nilai sejarah Banten sebagai fundamental pembangunan Banten ke depan," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banten Ajak Moeslim. 

(MO45/N001)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012