Kami mengirimkan surat permohonan dukungan ke seluruh dunia, karena memang beruang madu itu satwa langka yang teracam punah."
Balikpapan (ANTARA News) - Para pengurus Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) terus berjuang untuk mempertahankan tempat tersebut dengan menggalang petisi ke seluruh dunia, menyusul dihentikannya pendanaan resmi kawasan tersebut oleh Pemkot Balikpapan.

Direktur KWPLH, Hamsuri Indra, saat dihubungi di Balikpapan, Senin (28/1) malam mengakui, sebelumnya DPRD Balikpapan menolak menyetujui kucuran dana rutin sebesar Rp1,6 miliar per tahun sebagai dana operasional kawasan untuk memelihara 6 ekor beruang madu (Helarctos malayanus), satwa maskot Kota Balikpapan.

"Kami mengirimkan surat permohonan dukungan ke seluruh dunia, karena memang beruang madu itu satwa langka yang teracam punah," katanya.

Menurut Hamsuri, permohonan dukungan itu terutama kepada lembaga dan perseorangan yang peduli dan kepada mereka yang pernah berkunjung ke KWPLH.

Dalam surat itu, KWPLH menceritakan persoalan yang sedang mereka hadapi dan meminta perseorangan atau lembaga tersebut mendukung mereka dengan mengirim surat resmi kepada Wali Kota Balikpapan dan Ketua DPRD Balikpapan.

"Sebab selama ini apa yang kita lakukan di KWPLH, yaitu pemeliharaan beruang madu di luar habitat aslinya (exclosure) tapi justru sangat mirip dengan lingkungan tempat hidupnya di alam bebas, adalah yang terbaik di dunia. Banyak orang datang ke sini untuk belajar," kata peneliti perilaku satwa dari Belanda, Gaby Frederikson.

Ratusan surat permohonan dukungan itu dikirim para pengurus KWPLH dan mereka berharap dalam pekan-pekan depan sudah ada respon dari seluruh dunia.

Menurut Hamsuri, pada tahun 2012 lalu saja lebih dari 70.000 pengunjung datang melihat beruang madu di KWPLH.

"Mereka mulai dari murid kelompok bermain, taman kanak-kanak, remaja siswa sekolah menengah, hingga mahasiswa pasca sarjana.

Orang juga berkunjung ke KWPLH sebagai bagian dari lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan, hingga perusahaan swasta," katanya.

Hamsuri juga mengakui, sebagian perusahaan swasta adalah bertindak sebagai donatur seperti Novotel dan Chevron yang mengadopsi beruang madu yang ada di sini, termasuk juga klub rugby para ekspatriat di Balikpapan, Borneo Bears.

"Sesuai namanya, Borneo Bears menjadikan beruang madu maskot tim dan membuatnya kongkrit dengan mengadopsi Bennie, beruang madu jantan berusia 6 tahun di KWPLH," katanya.

Pengurus Borneo Bears, Bianca van Santen, menyebut, meski berasal dari berbagai negara, kini kami warga Balikpapan juga.

"Klub rugby kami bernama seperti julukan Persiba, beruang madu, hanya saja dalam Bahasa Inggris, Borneo Bears. Logonya juga beruang madu, dan kami bahkan mengadopsi Bennie, satu beruang madu yang dipelihara di sana sebagai maskot," katanya.

Bianca juga menjadi anggota perkumpulan para wanita ekspatriat di Balikpapan yang mengadopsi Idot, seekor beruang madu betina yang matanya buta sebelah.

Anggota masyarakat umum berkunjung ke KWPLH juga dalam kelompok keluarga. Mereka berasal tidak hanya dari Balikpapan, tapi juga dari berbagai kota di Kalimantan Timur dan Indonesia. Turis asing kebanyakan dari Jepang dan Eropa.

"Mereka datang untuk melihat dan mempelajari aktivitas beruang madu di lingkungan yang masih asri dan hampir menyerupai habitat aslinya di Hutan Lindung Sungai Wain," kata Hamsuri.

Untuk keperluan penelitian itu misalnya, Gaby Frederikson PhD, ilmuwan dari Belanda tinggal di KWPLH. Begitu juga dengan Stanislav Lhota, peneliti laku hewan dari Republik Ceko.

Para pengunjung awam, selain untuk melihat beruang madu, juga belajar tentang isu-isu lingkungan di pusat informasi pendidikan lingkungan hidup yang disediakan tak jauh dari kandang beruang.

"Ada informasi tentang berapa jenis beruang di dunia, bagaimana posisi beruang madu dibanding beruang Grizzly, apa saja yang menjadi musuh beruang, dan seterusnya," demikian Hamsuri. (NVA/E008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013