Bangunan dari jenis apapun menggunakan hampir 40 persen energi global.
Jakarta (ANTARA News) - Desain infrastruktur bangunan yang hemat energi semakin dibutuhkan karena hampir separuh konsumsi energi dunia berasal dari bangunan.

"Bangunan dari jenis apapun menggunakan hampir 40 persen energi global. Bahkan jika energi yang dikonsumsi selama proses konstruksi bangunan dihitung, maka akan menjadi lebih dari 50 persen konsumsi energi dunia," kata
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Shinta Widjaja Kamdani, dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

"Penggunaan energi memang harus diefektifkan dan sebenarnya ada peluang bagi investor untuk mulai melakukan investasi dalam sektor efisiensi energi," katanya.

Peluang investasi itu, lanjut Shinta, bisa cukup besar karena memiliki "social cost" yang rendah dengan pengembalian yang tinggi atas nilai investasi yang diharapkan.

Menurut dia, tingginya penggunaan energi di kawasan industri dan perkotaan dalam menyokong kegiatan perekonomian menuntut adanya inovasi dalam konsep desain infrastruktur dan bangunan yang ramah lingkungan dengan penggunaan energi yang efektif. 

Tuntutan atas kebutuhan tersebut di era modern dewasa ini membawa peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan investasi dalam efiensi energi baik untuk bangunan maupun kawasan industri.

Kadin mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah mengakui perubahan iklim sebagai kunci dalam pembangunan ekonomi dan perencanaan. Bahkan, Indonesia memiliki komitmen politik yang kuat untuk mengurangi emisi karbondioksida. Atas dasar itu kalangan dunia usaha ikut terlibat dalam beberapa kebijakan dan inisiatif yang telah dikembangkan.

"Apapun tantangan dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan masing-masing, tugas utama sektor bisnis adalah bagaimana mengembangkan strategi, atau membuat pendekatan baru dalam menerapkan komponen keberlanjutan yang menguntungkan baik untuk bisnis maupun lingkungan," kata Shinta.

Senada dengan Shinta, Duta Besar Austria di Indonesia, Andreas Karabaczek mengatakan pada dasarnya selain kebutuhan efisiensi dari segi ekonomi, efisiensi energi pada bangunan terutama yang ada di perkotaan juga disebabkan adanya kebutuhan akan kenyamanan individu dan masalah psikologis.

Sementara itu Praktisi dari G-Energi Global, Yosef Lim mengatakan dengan membangun struktur manajemen yang baik akan membawa manfaat bagi suatu perusahaan untuk melakukan efiensi energi.

"Bila pemerintah secara tegas memberikan mandat bagi sektor perbankan untuk memberikan dana dalam pembangunan gedung dengan energi yang efisien, maka tentunya akan banyak energi yang dapat kita hemat, sebagaimana yang telah dilakukan di Singapura," kata Yosef.

Ia menambahkan, perhitungan investasi untuk efisiensi energi lebih pasti dalam hal pengembalian nilai investasinya karena minim pengaruh faktor eksternal.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013