Pikit, Filipina (ANTARA News) - Sekitar 2.000 petani meninggalkan rumah-rumah mereka di Filipina selatan setelah pertempuran baru antara pasukan pemerintah dan satu kelompok gerilyawan Muslim, kata para pejabat, Sabtu.

Para keluarga membawa koper-koper dan tas berisi pakaian dan peralatan masak menyeret kerbau dan ternak mereka memasuki desa Nalapaan di pulau Mindanao Sabtu di tengah-tengah suara tembakan mortir dapat terdengar dari jauh.

"Kami dapat mendengar suara pertempuran dari sini," kata Tibungko Abdul, kepala desa Nalapaan.

"Sampai sekarang kami merasa bahwa kami aman di sini, tetapi jika situasi memburuk kami mungkin harus pergi ke pusat kota itu," katanya, mengacu pada Pikit, kota terdekat ke Nalapaan dan ke desa-desa di mana para pengungsi datang.

Para warga desa melarikan diri Jumat malam akibat pertempuran baru antara pasukan pemerintah dan Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF), kata gubernur provinsi itu Emmylou Mendoza.

"Kami memiliki sekitar 2000 orang yang mencari tempat penampungan di satu gedung sekolah," kata Mendoza kepada AFP.

Juru bicara militer lokal, Kolonel Angkatan Darat Dickson Hermoso, mengonfirmasikan operasi itu tetapi tidak menjelaskan lebih jauh.

"Ini adalah satu operasi terhadap unsur-unsur pengacau," katanya kepada AFP.

Mendoza mengatakan pertempuran itu terpusat di desa-desa dekat kota Aleosan, Mindanao, tempat tinggal warga minoritas Muslim di wilayah selatan Filipina yang berpenduduk mayoritas Katolik itu.

"Tentara menjaga jalan raya. Kami tidak ingin jalan raya itu jatuh ke tangan gerilyawan, karena hal itu akan menyebabkan ekonomi Cotabato dan provinsi-provisi lain akan lumpuh," tambahnya.

Pemerintah sedang berusaha memajukan perundingan perdamaian dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), kelompok terbesar gerilyawan, untuk menghentikan konflik puluhan tahun yang menewaskan sekitar 150.000 orang.

Akan tetapi BIFF menentang perundingan perdamaian itu, dan pemerintah menuduh kelompok itu meningkatkan aksi bersenjata dalam usaha merusak perundingan perdamaian.

Pada Kamis, Presiden Benigno Aquino mengatakan sejumlah serangan bom mematikan di Mindanao menewaskan 14 orang dan menyebabkan lebih dari 70 orang lainnya cedera mungkin dilakukan kelompok-kelompok yang ia tidak sebut namanya untuk melepaskan tekanan militer terhadap BIFF.

Polisi melaporkan dua insiden kekerasan lainnya terjadi di Mindanao dalam 24 jam belakangan ini, termasuk satu ledakan granat di dekat satu rumah yang mencederai empat orang di kota Kabacan, Jumat malam.

Satu bom rakitan meledak di pinggir jalan dekat kota North Upi Sabtu pagi tidak ada yang cedera, sementara polisi menjinakkan bom kedua dekat lokasi itu.

Bom-bom itu "kemungkinan besar" ditujukan pada konvoi-konvoi militer yang melewati jalan itu, kata Inspektur senior Rodelio Jocson, komandan polisi Provinsi Maguindanao.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013