Seattle (ANTARA News) - Perusahaan jasa konsultasi, Glass Lewis, merekomendasikan agar pemegang saham Microsoft Corp melakukan pemungutan suara untuk menentang terpilihnya kembali John Thompson, orang yang juga diberi tugas dalam upaya Microsoft mencari CEO baru.

Pada memo yang disampaikan untuk kliennya, Senin (28/10), Glass Lewis menyatakan khawatir akan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan karena jabatan Thompson sebagai CEO di Virtual Instruments, sebuah perusahaan yang menjual lisensi dan perangkat untuk Microsoft.

Glass Lewis adalah salah satu dari dua perusahaan besar yang membuat rekomendasi kepada pemegang saham Microsoft berdasarkan pedoman tata kelola perusahaan, tetapi pandangannya tersebut tidak terlalu diperhatikan oleh para investor besar, menurut Reuters dalam laporannya, Selasa.

Namun perwakilan Microsoft tidak menjawab dengan segera rekomendasi tersebut.

Thompson, mantan petinggi International Business Machines Corp, diangkat ke dewan Microsoft pada bulan Februari 2012 dan dipilih oleh pemegang saham pada pertemuan tahunan itu.

Perusahaan yang ia jalankan, Virtual Instruments, pada tahun lalu dibayar sekitar 2,3 juta dolar AS oleh Microsoft untuk lisensi perangkat lunak dan perangkat keras, dan itu kurang dari 5 persen dari total pendapatan tahunan Virtual Instruments, menurut Microsoft .

Microsoft mengatakan pembelian tersebut juga dinegoisasikan kepada pelanggan Virtual Instruments lainnya. Glass Lewis mengatakan, peran Thompson di kedua perusahaan tersebut menciptakan potensi konflik dan dia dapat digolongkan telah "berafiliasi", seorang direktur yang tidak "independen", membuat dia tidak tepat memimpin dewan.

Pada pertemuan pemegang saham Microsoft berikutnya yang dijadwalkan 19 November. Pemegang saham memiliki tiga pilihan suara, dukung, melawan, dan abstain. Berdasarkan aturan Microsoft, seorang direktur terpilih jika jumlah suara pemegang saham yang mendukung melebihi jumlah suara yang menolak.

Glass Lewis merekomendasikan kepada pemegang saham untuk memilih kembali delapan direksi perusahaan, termasuk CEO Steve Ballmer dan sang pendiri, Bill Gates.

Sebelumnya, Ballmer mengumumkan pada Agustus lalu bahwa ia akan pensiun sebagai CEO dalam 12 bulan kedepan, hal itu yang memicu Microsoft mencari pemimpin baru. Tidak dijelaskan juga apakah Ballmer akan mempertahankan kursinya di jajaran pemegang saham setelah ia pensiun, meskipun ia telah mengatakan berniat menjadi pemegang saham aktif di perusahaan.

Beberapa investor juga menyarankan kepada dewan agar Gates mundur dari posisinya sebagai pimpinan umum. Para investor tersebut mengatakan Gates berada di jalan reformasi yang sedang dilakukan Microsoft yang telah kehilangan pangsa dari Apple Inc dan Google Inc di komputasi mobile. Namun Gates belum menunjukkan adanya niatan untuk mengundurkan diri.

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013