Pertemuan dalam rangka HUT ke-30 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu diikuti peserta dari China, Iran, Malaysia, California, Filipina, Brunei Darussalam, Korea, Australia, Polandia, Mesir, Pakistan, Zimbabwe, Indonesia, dan sebagainy
Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 250 ahli psikologi se-dunia dari 21 negara dan empat benua membahas perilaku global dalam "The International Conference on Psychology in Health, Education, Social, and Organizational Settings" (ICP-HESOS) 2013 di Universitas Airlangga Surabaya, 21--23 November.

"Pertemuan dalam rangka HUT ke-30 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu diikuti peserta dari China, Iran, Malaysia, California, Filipina, Brunei Darussalam, Korea, Australia, Polandia, Mesir, Pakistan, Zimbabwe, Indonesia, dan sebagainya," kata Dekan Fakultas Psikologi Unair Dr Seger Handoyo MSi di Surabaya, Kamis.

Didampingi ketua panitia pelaksana Margaretha PG.Dip.Psych MSc dan Humas Unair Dr Bagus Aniputra, ia menjelaskan topik pertemuan tidak hanya mengkaji psikologi dalam konteks kesehatan mental, namun ada empat topik yakni kesehatan mental, pendidikan, sosial, dan organisasi.

"Ratusan peserta konferensi akan mendengarkan empat pembicara utama, lalu mereka dibagi dalam enam kelas pararel untuk mendiskusikan 250 abstraksi dari para peserta dalam empat topik itu, sehingga konferensi itu akan menjadi ajang berbagi pengalaman, saling belajar, dan bisa juga melakukan kerja sama akademik," katanya.

Keempat pembicara utama adalah Prof Dominika Maison (University of Warsaw, Polandia); Prof. Sik Hung Ng (Mantan Presiden Asosiasi Psikologi Sosial Asia); A/Prof. Esther Care (University of Melbourne, Australia); dan A/Prof. Hora Tjitra (Zhejiang University, China).

"Misalnya, Prof Dominika Maison dari University of Warsaw, Polandia) menjelaskan bahwa pilihan seseorang untuk membeli suatu produk itu didorong dari ketidaksadaran, lalu hal itu diteliti secara biometrik untuk menemukan pola psikologi dalam penentuan pilihan itu dan hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk promosi atau iklan," katanya.

Namun, peran psikologi dalam organisasi itu hanya merupakan salah satu topik, karena banyak contoh dari topik lain yang justru dapat digunakan bahan perbandingan untuk menemukan solusi dari proses saling belajar antarnegara.

"Contohnya, akademisi dari China yang meneliti kehidupan remaja di negaranya secara seksual, tentu kehidupan remaja secara seksual di China dan di Indonesia akan menarik bila dibandingkan dan didiskusikan untuk saling belajar terkait cara pendampingan remaja pada masing-masing negara," katanya.

Selain diskusi tentang berbagai hal untuk saling belajar, konferensi psikologi yang baru pertama kali digelar Unair itu juga akan menumbuhkan atmosfer akademik yang kondusif untuk berkontribusi pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global.

"Secara global, negara lain juga bisa belajar pada Indonesia tentang multikulturalisme yang berkembang dengan penuh toleransi di tengah kemajemukan yang ada, kemudian hasil pembelajaran bersama itu bisa bermanfaat untuk praktik multikulturalisme di tingkat global," katanya.

Selain konferensi yang terselenggara berkat kolaborasi antara Fakultas Psikologi Unair dan Departemen Psikologi dan Ilmu Perilaku Universitas Zhejiang, China itu, para akademisi Unair juga memperingati HUT ke-30 Fakultas Psikologi dengan berbagai kegiatan, di antaranya pengabdian kepada masyarakat.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu antara lain sosialisasi dan pembinaan kesehatan mental anak di kawasan lokalisasi Dolly Surabaya, pencegahan tindak pidana trafficking bagi masyarakat di kawasan padat penduduk di Kelurahan Sawahan, dan sosialisasi dan pencegahan kawin dini di kawasan Perak Timur.

"Tidak hanya bidang kesehatan, pengabdian masyarakat di bidang pendidikan juga dilakukan dengan memberikan 30 macam alat permainan tradisional yang punya nilai edukatif kepada PAUD di Kota Surabaya," katanya.(*)


Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013