Batan telah mampu mengolah dari monasit menjadi logam tanah jarang dan beberapa oksida lainnya, jadi untuk apa dijual mentah-mentah dan murah ke asing. Pada peleburan timah, terkandung juga uranim, thorium, silika, titanium, fosfat dan LTJ."
Pangkal Pinang (ANTARA News) - Limbah pertambangan timah atau tailing di Provinsi Bangka Belitung kaya akan "Logam Tanah Jarang" (LTJ) yang diburu oleh banyak pihak di dunia, dengan jumlah deposit diperkirakan mencapai tujuh juta ton.

"LTJ adalah logam yang ada di mineral ikutan pertambangan timah," kata Peneliti dari Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Erni Rifandriyah Arief pada seminar "Prospek Pemanfaatan Iptek Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat Bangka Belitung" di Pangkalpinang, Senin.

Jadi Bangka Belitung bukan saja kaya dengan uranium yang cadangannya mencapai 24 ribu ton dan thorium 120 ribu ton untuk dimanfaatkan sebagai energi, tetapi juga LTJ yang terdiri atas 15 unsur logam tanah jarang.

Ia menyayangkan, tailing dari sisa tambang timah tersebut hanya teronggok saja tidak diolah, bahkan dijual ramai-ramai oleh masyarakat dengan harga sangat murah Rp2.000-Rp10.000 per kg kepada orang-orang asing yang datang ke Bangka.

"Padahal monasit yang mengandung LTJ ini seharusnya dihargai mahal bisa mencapai Rp7 juta per kg," katanya.

LTJ di dunia 21 persen sangat dibutuhkan sebagai magnet untuk industri elektronik dan mesin, 20 persen dimanfaatkan sebagai katalis, 18 persen metal alloy, 15 persen polishing, sembilan persen gelas, dan lima persen untuk keramik, sedangkan pasokan dunia didominasi oleh China, katanya.

"Batan telah mampu mengolah dari monasit menjadi logam tanah jarang dan beberapa oksida lainnya, jadi untuk apa dijual mentah-mentah dan murah ke asing. Pada peleburan timah, terkandung juga uranim, thorium, silika, titanium, fosfat dan LTJ," katanya.

Selain di Babel, LTJ ditemukan juga di Kalimantan, Sulawesi dan Papua dengan total potensi 1,5 miliar ton, namun yang telah jelas ada di Babel, ujarnya.

Pada kesempatan itu dibentuk pula Forum Jurnalis Nuklir (Forjun) yang dideklarasikan oleh Kepala Batan Gatot Wisnubroto dan Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Katjong dengan tujuan mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya energi nuklir bagi Indonesia.  (D009/Z002)

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013