Teknologi betonisasi itu juga bisa membuat umur jalan jadi lebih tahan lama, lebih awet. Disamping itu, jalan juga mampu menyerap air, sehingga tidak akan rusak walaupun terendam air."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggunakan teknik beton bertulang untuk memperbaiki jalan-jalan rusak di seluruh wilayah ibukota.

"Kami tidak mau lagi pakai aspal atau hotmix. Sekarang, kita terapkan teknologi betonisasi untuk memperbaiki jalan yang rusak atau berlubang," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin.

Menurut dia, betonisasi yang dimaksud memiliki waktu pengeringan yang sangat cepat, yakni enam jam setelah pengerjaan. Setelah itu, jalan yang rusak dapat kembali normal dan dilewati kendaraan.

"Teknologi betonisasi itu juga bisa membuat umur jalan jadi lebih tahan lama, lebih awet. Disamping itu, jalan juga mampu menyerap air, sehingga tidak akan rusak walaupun terendam air," ujar Basuki.

Selain jalan yang rusak, teknik beton bertulang tersebut juga akan diterapkan di seluruh jalur busway Transjakarta.

"Beton bertulang itu maksudnya jalur busway akan pakai tiga sumbu. Pada sumbu bagian belakang akan diperkuat, sehingga mampu menahan beban hingga 14 ton. Jadi, teknik ini yang mau kami terapkan," tutur Basuki.

Dia mengungkapkan saat ini teknologi beton bertulang itu diterapkan di seluruh jalan di kawasan Cilincing dan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Dengan menggunakan teknologi tersebut, maka daya tahan jalan jadi lebih lama dan kita bisa hemat biaya perawatan. Kalau jalan beton, ketahanannya bisa lebih dari lima tahun. Sedangkan hotmix tidak sampai selama itu," ungkap Basuki.

Oleh karena itu, sambung dia, Pemprov DKI berencana menerapkan teknik tersebut untuk memperbaiki jalan-jalan protokol. Sementara itu, hotmix tetap akan digunakan, namun hanya untuk jalan-jalan lokal di perkampungan yang tidak banjir.

Kendati demikian, dia menerangkan bahwa teknik beton hanya dapat diterapkan pada kondisi jalanan yang kering. Sehingga, pengerjaannya baru dapat dilakukan ketika musim hujan di Jakarta sudah berakhir.

"Selain itu, penerapan teknik ini juga membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Tapi, saya rasa tidak apa-apa, asalkan awet dan tahan lama," tambah Basuki.  (R027/I007)

Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014