Kuala Lumpur (ANTARA News) - Berakhir sudah penantian itu. Penantian yang menyiksa selama 17 hari atas nasib anggota keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak 8 Maret.

Pada Senin (24/3) malam, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyatakan bahwa pesawat naas itu telah terhempas di Samudra Hindia di sebelah barat Perth, Australia, berdasar analisa Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara (AAIB) Inggris dan perusahaan penyedia data satelit Inmarsat.

"Dengan rasa penuh dukacita, saya memaklumkan bahwa penerbangan MH370 berakhir di selatan Lautan Hindia," kata Najib.

Pihak Malaysia Airlines mengasumsikan, semua penumpang dan kru pesawat tewas dalam tragedi tersebut.

Sebagian anggota keluarga bisa menerima dengan ikhlas informasi tersebut, namun sebagian lain masih sulit menerima kenyataan pahit, bahkan anggota keluarga yang berada di China menyalahkan Malaysia dan MAS.

"Penantian ini sudah berakhir. Kami ridha dengan ketentuan-Nya," kata Zamani Zakaria, bapak salah satu penumpang Mohammad Razahan yang menaiki pesawat tersebut bersama istrinya untuk berbulan madu.

Operasi pencarian yang panjang menjadi penantian yang menyiksa. "Dan jika ini hasilnya, kami akan menerima meski hati kami hancur."

"Tiada apa yang difikir panjang. Hidup atau sebaliknya. Itu saja hakekat yang saya perlu terima," kata ayah seorang penumpang, Selamat Omar.

Selamat Omar menerima kabar tersebut melalui layanan pesan singkat dari pihak Malaysia Airlines yang memintanya mengikuti jumpa pers oleh Perdana Menteri.

Di Hotel Equatorial tempat para keluarga penumpang dari China menginap, suasana berubah menjadi tegang setelah mereka mendapat informasi terkini mengenai nasib pesawat MH370.

Seorang wanita bertindak agresif dengan memarahi petugas sebelum ditenangkan oleh beberapa petugas keamanan di hotel itu.

Sebuah ambulans juga terlihat memasuki pekarangan hotel, untuk membawa keluarga yang pingsan ke Rumah Sakit Putrajaya.

Sementara itu di Beijing, situasi di hotel tempat menginap para anggota keluarga histeris dengan beberapa diantaranya tampak meratap dan dibawa keluar dengan kursi roda.

Keluarga penumpang asal China yang tergabung dalam Komite Keluarga Malaysia Airlines MH370 mengecam pemerintah Malaysia dan maskapai penerbangan tersebut, serta menyebut mereka sebagai "pembunuh" dan akan menggelar aksi di Kedutaan Besar Malaysia.

Pesawat Malaysia Airlines MH370 yang membawa 239 penumpang termasuk kru hilang sejak 8 Maret dalam penerbangannya dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Namun pesawat yang dijadualkan tiba di Beijing pada pukul 6.30 waktu setempat itu tidak kunjung datang, dan kemudian dinyatakan hilang kontak setelah satu jam lepas landas dari bandara KLIA, Kuala Lumpur.



Bagai Rollercoaster

Hilangnya MH370 diakui sebagai misteri dalam sejarah penerbangan modern. Pesawat itu bagai hilang ditelan bumi, bahkan peralatan tercanggih yang dikerahkan oleh beberapa negara pun tidak mampu menjejakinya.

Berbagai teori dan spekulasi pun berkembang, mulai dari pesawat dibajak, sabotase, masalah teknis, hingga adanya masalah pribadi awak kapal dan penumpang.

Teori pesawat dirampas muncul saat dua penumpang asal Iran diketahui menggunakan paspor curian. Namun teori ini masih kabur karena tidak ada bukti lanjut yang mengaitkan keduanya dengan hilangnya MH370.

Selain itu juga tidak ada tuntutan tebusan ataupun klaim dari kelompok tertentu.

Pengusutan juga dilakukan terhadap pilot dan kopilot MH370. Sebuah simulator penerbangan disita dari rumah pilot Zaharie Ahmad Shah. Namun polisi nampaknya masih kesulitan untuk mengaitkan hal tersebut dengan hilangnya pesawat.

Operasi pencarian difokuskan di Laut China Selatan sejak hari pertama pesawat dilaporkan hilang kontak. Pencarian kemudian diperluas ke arah barat di Samudra Hindia, setelah pesawat dinyatakan berbelok arah menuju lautan tersebut.

Sepanjang 17 hari menanti kepastian nasib pesawat MH370 itu, keluarga penumpang ibarat menaiki "rollercoaster".

Dalam pekan pertama operasi pencarian difokuskan di Laut China Selatan, lokasi terakhir pesawat tersebut melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu lintas udara (ATC) KLIA.

Harapan keluarga yang tampak semakin menipis dengan berlalunya hari, kembali menguat saat Najib pada Sabtu (15/3) menyatakan bahwa pesawat telah melenceng dari jalurnya dan sistem komunikasi telah dimatikan dengan sengaja oleh seseorang.

Muncul kembali harapan keluarga bahwa orang yang mereka sayangi masih hidup dan berada di satu tempat.

Namun, meski sebanyak 26 negara sudah terlibat dalam pencarian di koridor utara dan selatan Samudra Hindia, dan berbagai peralatan canggih juga sudah dikerahkan, keberadaan pesawat tersebut belum juga terendus.

Sekali lagi, keluarga harus menghadapi kekecewaan.

Bahkan ketika satelit China, Australia dan Prancis menyatakan menangkap berbagai objek diduga terkait MH370, keluarga sudah tidak mudah lagi percaya dan mengatakan bahwa mereka tidak ingin berharap untuk kecewa.

"Saya tidak mau terlalu berharap karena tidak mau kecewa lagi dan hanya akan mempercayai hal itu setelah ada konfirmasi," kata ayah seorang penumpang asal Pulau Pinang, Kak Hueng.

Hingga akhirnya setelah delapan hari mencari di dua koridor itu, PM Najib mengumumkan bahwa penerbangan MH370 telah berakhir di Samudra Hindia.

Satu pertanyaan besar mengenai keberadaan pesawat itu sudah terjawab. Namun masih banyak misteri yang menyelimuti MH370 yang hilang tiba-tiba.

Keluarga dan masyarakat dunia masih menunggu jawaban, bagaimana dan kenapa pesawat itu, yang seharusnya mengarah ke Beijing tiba-tiba berubah haluan menuju arah sebaliknya ke Samudra Hindia dan akhirnya terhempas di salah satu sudut terpencil dunia itu.Z003) 25-03-2014 13:43:33

Oleh sri haryati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014