Jakarta (ANTARA News) - Setiap instalasi pengolahan dan pemurnian (smelter) bahan mineral diperkirakan membutuhkan pasokan gas 30-40 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan daya listrik yang dihasilkan 250 mega watt, kata pejabat Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

"Itu perhitungan kasar, sebagai contoh untuk produksi ore ke ferronickel," kata Direktur Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II pada Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu.

Dalam diskusi "Kesiapan Gas untuk Smelter di Daerah", Sigit mengatakan dengan daya listrik 250 MW, smelter tersebut dapat menghasilkan 300 ribu hingga 500 ribu ferronickel

Hingga saat ini, kata dia, terdapat 17 investor yang menjanjikan mendirikan smelter pada 2014. Namun, belum semua investor tersebut yang memastikan untuk menggunakan gas sebagai bahan baku.

"Seperti investor yang di Morowali (smelter nikel), itu lebih memilih menggunakan batu bara," ujarnya.

Dia mengatakan, banyak investor kini membidik wilayah Papua untuk membangun smelter, karena melimpahnya bahan mineral di wilayah Indonesia Timur tersebut.

Menyinggung mengenai kebutuhan gas tersebut, Manajer Senior Komunikasi dan Protokol SKK Migas Zudalfi Rafdi mengatakan kebutuhan gas smelter dapat diambil dari alokasi gas yang sedianya dipasok untuk ekspor.

Dia mengatakan dari target produksi gas sebanyak 7900 MMSCFD pada 2014, sebanyak 4000 MMSCFD dipasok untuk ekspor.

"Namun, tidak semua yang untuk eskpor itu laku terjual," ujar dia.

Sedangkan, sebanyak 3900 MMSCFD dialokasikan untuk kebutuhan domestik, dengan komposisi 60 persen listrik, 20 persen pabrik pupuk, dan 20 persen industri (PT. PGN dan PT. Pertagas).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah Tertinggal Natsir Mansyur mengatakan pemerintah berkewajiban menjamin pasokan gas untuk smelter, sebagai jaminan bagi para investor asing, maupun dalam negeri.

Menurut dia untuk lima tahun ke depan, setidaknya terdapat 30 investor yang berencana merealisasikan investasinya untuk membangun smelter. Total nilai investasi dari 30 investor itu mencapai 55 miliar dolar AS.

Dengan terbangunnya 30 smelter tersebut, industri dapat menghemat 35 miliar dolar AS karena kebutuhan impor bahan baku mineral akan semakin berkurang, kata Natsir.  (I029/B012)

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014