Beijing (ANTARA News) - Perusahaan minyak Tiongkok menyiapkan rencana evakuasi untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kerusuhan yang bisa mengancam operasi perusahaan di Irak, demikian laporan media pemerintah Kamis.

Para pejabat pemerintah menyatakan bahwa Tiongkok memiliki lebih dari 10.000 pekerja di berbagai proyek di negara Timur Tengah itu meski kebanyakan dari mereka berada di daerah selatan, jauh dari lokasi kerusuhan yang terjadi belakangan.

Gerilyawan dari kelompok Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) telah merebut sebagian besar wilayah dalam serangan kilat yang kini memasuki pekan kedua.

"Hingga hari ini, kebanyakan pekerja Tionghoa sudah pergi kerja seperti biasa. Tetapi bila para gerilyawan mulai menyerang Baghdad, kami akan menarik diri segera," kata seorang karyawan perusahaan raksasa minyak milik negara Tiongkok, China National Offshore Oil Corp (CNOOC), kepada surat kabar Global Times.

Sumber daya adalah kunci utama bagi Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, dan Irak adalah negara terbesar kelima sumber impor minyak mentah. Tiongkok juga merupakan investor asing terbesar di sektor minyak Irak.

Produksi di empat ladang minyak PetroChina, anak perusahaan dari penghasil minyak terbesar Tiongkok, China National Petroleum Corp (CNPC), belum terdampak aksi kekerasan, kata seorang perwakilan perusahaan kepada surat kabar itu.

Semua ladang minyak itu terletak di pusat atau selatan Irak, namun perwakilan itu menambahkan, "Beberapa warga Tiongkok di utara telah dievakuasi. Kami telah menyiapkan beberapa rencana darurat."

Global Times juga melaporkan bahwa lebih dari 1.000 pekerja Tionghoa di perusahaan milik negara China Machinery Engineering Corp "terdampar" di kota utara Irak, Samarra, meski perwakilan perusahaan memperdebatkan penyebutan tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah kedutaan besar negara Barat sudah menarik staf mereka dari Baghdad. Pada Selasa Turki menyatakan telah mengevakuasi konsulat mereka di kota sebelah barat Irak, Basra.

Seorang pegawai CNPC diculik pekan lalu dari proyek ladang minyak di Irak selatan, tetapi telah dibebaskan, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying, Rabu.

Kementerian itu telah mengeluarkan peringatan dan bimbingan keamanan untuk perusahaan yang beroperasi di Irak.

"Kami tidak ingin melihat situasi menjadi seperti di Libya saat kami harus melakukan pengungsian besar-besaran pada 2011," kata Hua seperti dilansir kantor berita AFP.

"Kami punya 10.000 pekerja Tionghoa yang bekerja di Irak. Adalah tugas kami mengetahui semuanya berada di wilayah yang relatif aman, bukan di zona konflik," tambahnya. (Uu.A062)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014