Jakarta ini cukup tinggi penyalahgunaan bahan berbahaya, sekitar 20 persen
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar sore yang menjual makanan basah di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis.

Sidak dipimpin langsung oleh Kepala BPOM Roy Sparringa dan juga membawa satu unit mobil laboratorium untuk melihat apakah makanan yang dijual mengandung bahan terlarang atau tidak.

Roy Sparringa berkeliling pasar untuk membeli sampel makanan dari para penjual untuk kemudian diperiksa di mobil laboratorium BPOM.

Beberapa makanan yang dicurigai mengandung bahan terlarang adalah mi basah, tahu, kue-kue basah dan es buah.

Sedangkan beberapa bahan berbahaya yang sering ditemukan di makanan-makanan pasar tersebut adalah bahan pengawet formalin dan pewarna tekstil.

"Harus ada terobosan, masa dari tahun ke tahun seperti ini," kata Roy.

Setelah pengujian cepat, ditemukan bahwa tahu yang dijual positif mengandung formalin, es buah dan kerupuk serta es buah mengandung pewarna Rhodamin B untuk tekstil.

"Kita harus hentikan ini, harus didiskusikan (dengan penjual makanan)," ujar Roy.

Meski demikian, BPOM juga menemukan beberapa makanan yang diambil sebagai sampel aman dikonsumsi dan tidak mengandung pengawet dan pewarna bukan untuk makanan.

"Cumi asin, pepes tahu dan mi basah yang kami periksa aman dikonsumsi. Jadi tidak semuanya mengandung bahan berbahaya," ujar Roy.

Sidak pasar dilakukan BPOM secara rutin untuk melakukan sosialisasi mengenai kewaspadaan pedagang dan masyarakat mengenai berbahayanya kandungan bahan-bahan tersebut.

Pengawasan dilakukan lebih intensif selama bulan Ramadan karena selama bulan puasa penjual makanan basah lebih banyak bermunculan untuk menjual makanan untuk berbuka.

"Sudah 25 pasar yang disidak. Jakarta ini cukup tinggi penyalahgunaan bahan berbahaya, sekitar 20 persen," ujar Roy.

Roy mengatakan pengawasan juga akan diarahkan ke produsen makanan-makanan tersebut, tidak hanya pada penjualnya.

"Pengawasan ke hulu yang paling penting. Kalau di hilir sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, dia (penjualnya) juga beli," ujar Roy.

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014