Madrasah harus lebih baik dari sekolah-sekolah umum lainnya...."
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 363 siswa madrasah terbaik se-Indonesia berasal dari 33 provinsi mengikuti Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Nasional III tahun 2014 yang digelar di Makassar, 25-29 Agustus 2014.

Ke-363 peserta itu terdiri dari masing-masing 11 orang mewakili setiap provinsi.

Siaran pers Humas KSM menyebutkan, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nazaruddin Umar, secara resmi membuka KSM III Makassar 2014 di Ballroom Grand Clarion Hotel, Makassar, Senin.

Dalam sambutannya, Wamenag mengatakan, Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.

Nazaruddin menguraikan, madrasah merupakan tempat mengejawantahkan ayat pertama, yang diucapkan Jibril: 'Iqra' sampai tiga kali. Iqra yang pertama itu adalah "how to read". Iqra kedua "how to learn" bagaimana mendalami apa yang kita baca. Iqra ketiga "how to understand" bagaimana meresapi dan menjiwai apa yang kita baca.

KSM III Makassar 2014 ini terdiri tiga tingkatan menurut keterangan Ketua Panitia, Prof Dr Nursyam.

"Masing-masing tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah) melombakan matematika dan IPA. MTs (Madrasah Tsanawiyah) meliputi matematika, biologi, dan fisika. MA (Madrasah Aliyah) mengompetisikan matematika, biologi, fisika, kimia, ekonomi, dan geografi," kata Nursyam yang jga Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Selain itu, ada tambahan jenis program berupa karya tulis berbasis riset bidang sains dan sosial. Karya tulis ini dilombakan dengan harapan riset tidak hanya menjadi milik perguruan tinggi.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang mengungkapkan, kancah serupa KSM juga pernah diadakan di Makassar, tepatnya pada 2008 ibu kota Sulsel menjadi lokasi Olimpiade Sains Nasional.

"Madrasah harus lebih baik dari sekolah-sekolah umum lainnya. Dengan program pendidikan lebih baik ke depan, Madrasah akan semakin bagus lagi," ujarnya.

Di tempat yang sama, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Akhmaloka yang merupakan alumnus Madrasah Negeri berkenan memaparkan uraian ilmiahnya tentang hubungan madrasah dengan Indonesia.

Dia memaparkan, Indonesia memiliki penduduk usia antara 10-30 tahun paling banyak, lebih 60 persen dari total populasi. Artinya sampai 30 tahun mendatang, penduduk Indonesia produktif atau "young society" sangat besar.

"Bila kita tidak bisa mendidik anak-anak muda menjadi generasi yang terampil, maka bonus demografi itu bisa menjadi 'disaster society'. Bila berhasil mendidik, maka bapak-ibu gurulah yang menjadi pahlawan-pahlawan bagi negeri ini," demikian Prof Akhmaloka.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014