Kolombo (ANTARA News) - Aksi kekerasan yang berkaitan dengan kampanye meningkat di seluruh Sri Lanka menjelang pemilu pekan depan sementara Presiden Mahinda Rajapakse berjuang keras untuk dapat dipilih kembali, kata para pemantau dan polisi, Sabtu.

Kelompok pemantau CaFFE (Campaign for Free and Fair Elctions) mengatakan pihaknya menerima 1.073 keluhan sejak kampanye mulai dilakukan awal Desember.

Polisi mengatakan mereka menerima banyak keluhan yang lebih kecil, tetapi 130 orang telah ditahan.

Seorang wakil menteri dan 13 wakil terpilih lainnya termasuk di antara mereka yang telah ditahan terkait dengan 245 keluhan aksi kekerasan, kata juru bicara kepolisian Ajith Rohana.

CaFFE mengatakan aksi kekerasan yang meningkat yang terorganisasi dengan baik dan sasarannya adalah oposisi, yang menimbulkan tantangan serius terhadap petahana dua masa jabatan Rajapakse.

"Kami melihat kecenderungan aksi kekerasan yang meningkat," kata direktur CaFFE Keerthi Tennakoon. "Aksi kekerasan itu terorganisasi dengan baik. Hampir selalau diarahkan pada kampanye oposisi."

Pesaing utama Rajapakse, Maithipala Sirisena, yang nyaris terkena lemparan batu dalam satu rapat kampanye politik Jumat malam di Kolombo, tetapi sekitar 20 pendukungnya cedera, kata partai itu.

Gambar telepon mobil saat terjadi pelemparan batu pada rapat oposisi yang juga disiarkan di media sosial itu menunjukkan orang-orang berusaha melindungi kepala mereka dan menghindar ketika batu-batu yang dilemparkan dari satu gedung bertingkat jatuh dekat mereka.

Juru bicara polisi Rohana mengatakan dua pria ditahan dan mereka sedang mencari empat tersangka lagi.

Sirisena dari kelompok oposisi menuduh unsur-unsur propemerintah terus menyerang pada rapat pihaknya.

Serangan itu terjadi beberapa jama setelah Kementerian Luar Negeri Sri Lanka memperingatkan Uni Eropa tidak ikut campur dalam pemilu Kamis mendatang setelah para duta besar yang ditempatkan di Kolombo mendesak pemerintah menjamin pemungutan suara itu berlangsung damai-- satu sentimen yang diucapkan kembali Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam satu pernyataan awal pekan ini.

Pemilu-pemilu terdahulu ditandai oleh aksi kekerasan, terutama terhadap para pemilih dari etnik Tamil dan Muslim,yang merupakan pendukung utama oposisi.

Sirisena melepaskan jabatan menteri kesehatan dan keluar dari pemerintah Rajapakse November untuk menjadi kandidat utama oposisi.

Laporan-laporan media lokal mengatakan bahwa dua pemimpin itu g sekarang akan bertarung ketat, kendatipun Rajapakse dianggap akan unggul karena pemilu itu dipercepat dua tahun dari rencana. Demikian laporan AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015