Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Francois Hollande membela kebebasan berpendapat di negaranya meski aksi menentang publikasi "Charlie Hebdo" merebak di berbagai negara di dunia.

"Kami mendukung negara-negara yang melawan terorisme," kata Hollande saat kunjungan ke selatan kota Tulle, seperti yang dikutip dari Reuters.

"Saya ingin menyampaikan rasa solidaritas saya (kepada mereka), tapi di saat yang bersamaan, Prancis memiliki prinsip dan nilai khususnya mengenai kebebasan berekspresi," kata Hollande. (Di sisi lain, Prancis menangkap Dieudonne M'bala karena menyampaikan ekspresi)

Penembakan di Paris diprovokasi oleh publikasi majalah mingguan "Charlie Hebdo" yang memuat kartun Nabi Muhammad dan dianggap oleh banyak umat Muslim sebagai penistaan agama. (Baca: provokasi ini menuai protes keras dari dunia Islam)

Menurut Hollande, masih banyak yang belum memahami kebebasan berekspresi di Prancis.

"Saya sudah melihat berbagai aksi protes dan saya ingin mengatakan, di Prancis, semua keyakinan dihormati," kata Hollande.

Di ibukota Nigeria, Niamey, demonstran membakar gereja dan menjarah toko dalam aksi protes terhadap publikasi "Charlie Hebdo". (Simak pula: Unjuk rasa di Kuwait menolak provokasi majalah satir Prancis)

Di kota Zinder, lima orang tewas dan gereja dibakar.

Kedutaan Prancis untuk Nigeria meminta warganya tidak keluar rumah.

Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengutuk aksi kekerasan di Niamey dan Zinder dan menyatakan Prancis bersama pemerintah Nigeria.

Demonstrasi juga terjadi di Karachi, Pakistan. (Ribuan orang di Suriah juga menggelar protes)

Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan masa di depan konsulat Prancis. (Baca juga apa pendapat Paus Francis tentang provokasi oleh majalah satir ini?)

Beberapa polisi di Aljazair terluka saat terjadi kerusuhan di aksi protes terhadap "Charlie Hebdo".


Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015