London (ANTARA News) - Produk pertama vaksin eksperimental Ebola dikirim ke Liberia, negara Afrika Barat yang paling parah terdampak Ebola.

Perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline (GSK), menyatakan 300 vial kandidat vaksin produksi awal itu akan digunakan untuk pengujian kemanjuran skala besar pertama beberapa pekan mendatang.

Menurut GSK, vaksin eksperimental itu sudah diuji di Inggris, Amerika Serikat, Swiss dan Mali. Sekitar 200 relawan kesehatan terlibat dalam pengujian itu.

Perusahaan itu menyebutkan data dari percobaan penggunaan menunjukkan bahwa vaksin eksperimental itu memiliki profil keamanan yang bisa diterima.

GSK mengatakan pengujian skala besar akan dipimpin oleh pusat riset bioteknologi Amerika Serikat, National Institutes of Health (NIH). Sampai 30.000 orang, termasuk petugas kesehatan terdepan, akan terlibat dalam pengujian itu dan sepertiganya akan mendapat kandidat vaksin Ebola GSK.

"Jika kandidat vaksin bisa melindungi orang-orang ini, seperti yang kita harapkan, itu akan memberikan sumbangan bermakna dalam upaya untuk mengendalikan epidemi dan mencegah wabah di masa depan," kata Moncef Slaoui, kepala vaksin global GSK, seperti dilansir kantor berita Xinhua.

"Penting diingat bahwa vaksin ini masih dalam pengembangan dan potensi penggunaannya dalam kampanye vaksinasi massal pada masa mendatang akan bergantung pada apakah WHO, para regulator dan pemangku kepentingan yang lain puas, bahwa kandidat vaksin memberikan perlindungan terhadap Ebola tanpa mengakibatkan efek samping signifikan dan seberapa cepat vaksin dalam jumlah besar bisa diproduksi," katanya.

Menurut data terkini Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sebanyak 21.724 kasus Ebola dikonfirmasi di sembilan negara dan 8.642 orang meninggal dunia akibat infeksi virus itu. Kasus paling banyak terjadi di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Saat ini penularan virus itu sudah melambat. Liberia yang semula menjadi pusat epidemi penyakit mematikan itu tinggal memiliki lima kasus yang dikonfirmasi positif Ebola pada Jumat (23/1).

"Artinya kita menuju nol kasus, jika semua berjalan baik, jika tidak ada lagi orang yang sakit di tempat lain," kataWakil Menteri Kesehatan Liberia Tolbert Nyenswah, yang memimpin satuan tugas pengendalian Ebola di negaranya, seperti dilansir kantor berita Reuters.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015