Oleh karena bebasnya penggunaan teknologi di dunia maya ini, banyak masyarakat yang tidak memanfaatkannya dengan baik,"
Banjarmasin (ANTARA News) - Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Henri Subiakto menyatakan, masyarakat kini sudah sangat "demam" teknologi informasi melalui internet, hingga populasinya terus meningkat.

Dalam acara diskusi bertema "Strategi Membentuk Budaya Keamanan Informasi" di aula BPPKI Banjarmasin, Kamis, dia mengungkapkan indikator pengguna dunia maya di nusantara ini populasinya mencapai 240 juta jiwa.

Ia merinci, pengguna internet sebanyak 85 juta jiwa, pengguna facebook 50 juta jiwa, twitter 31 juta jiwa, handphone ucer sebanyak 290 juta jiwa yang 40 persennnya menggunakan smart phone.

"Oleh karena bebasnya penggunaan teknologi di dunia maya ini, banyak masyarakat yang tidak memanfaatkannya dengan baik," ujar dosen komunikasi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur itu.

Padahal, menurut dia, undang-undang (UU) Informasi dan Teknologi (IT) adalah payung hukum, aktivitas di dunia maya. Dan UU ini merupakan upaya ekstensi normal dunia nyata ke dunia maya.

"Jadi hukumnya, apa yang dilarang di dunia nyata, dilarang pula di dunia maya dilakukan," jelasnya.

Karena itu wajar kiranya, banyak kasus pidana yang timbul dari komentar di dunia maya ke ranah hukum, misalnya pencemaran nama baik yang termuat di jejaring sosial.

"Makanya kita sebagai pengguna aktif jejaring sosial di dunia maya harus bisa memahami karakter media, dan sadar terhadap dampak yang bisa ditimbulkan," pesannya.

Sementara itu, mantan Dirjen Aptika Kementerian Kominfo RI Aswin Sasongko menyatakan, keamanan informasi yang ada di negara ini gampang ditembus pihak negara lain, salah satu indikatornya karena diliat dari perilaku kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri.

Ia menjelaskan, nilai kebudayaan masyarakat yang tidak tertib menimbulkan mudah penilaian, bahwa sistem keamanan yang ada tidak berjalan dengan baik.

"Dari situ negara lain bisa menilai bahwa keamanan informasi di negara kita cukup mudah ditembus, karena terlihat dari kebudayaan masyarakatnya yang kurang tertib, sehingga ada cerita penyadapan terhadap informasi negara kita oleh negara lain," paparnya.

Hal lain, tida bisa dipungkiri, semua teknologi telekomunikasi produksi luar. "Sebab kita semua tidak tahu apa isi perangkat di dalam telekomunikasi yang kita pakai ini. Mungkin ada alat penyadap, sebab sekarang di mana saja kita berada dapat diketahui di dalam aplikasi handphone," katanya.

Dari itu, bebernya, menjadi tugas bersama untuk bisa mencari strategi bagaimana keamanan informasi negara khususnya bisa terus terjaga dari pencuri informasi negara lain.

Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015