Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengharapkan Indonesia bisa memanfaatkan momentum Peringatan 60 Tahun dan Pertemuan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 untuk mempelopori pembentukan blok ekonomi baru di tataran global.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Badan Pengurus Harian (BPH) Hipmi Bahlil Lahadalia dalam keterangan pers yang diterima ANTARA News di Jakarta, Senin.

"Menurut kami, KAA ini harus menjadi blok baru kekuatan ekonomi global selain hegemoni ekonomi dari barat saat ini," kata Bahlil.

Bahlil bahkan meyakini bahwa KAA akan menjadi lebih relevan apabila diarahkan untuk mempertajam isu-isu perekonomian global yang semakin tidak adil dan hanya menguntungkan blok tertentu.

Menurut dia ada tatanan perekonomian global yang sistemnya mengerucut menjadi kanalisasi aset-aset negara berkembang agar mengalir ke negara-negara maju yang memiliki kekuasaan kapital dan mendominasi dalam forum-forum ekonomi dunia serta lembaga-lembaga keuangan global.

Oleh karena itu, Bahlil meminta Indonesia mendorong KAA menjadi penyeimbang forum-forum ekonomi dunia dan lembaga-lembaga keuangan global yang diyakininya sudah disetir oleh negara-negara barat melalui lembaga transnasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Bank Dunia (World Bank), Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank-bank pembangunan regional seperti Bank Pembangunan Asia (ADB).

"Lembaga-lembaga ini terbukti tidak mampu memberikan daya saing dan stabilitas ekonomi bagi negara-negara berkembang baik di Asia maupun Afrika. Yang terjadi malah tidak tercipta kemandirian ekonomi di negara-negara Asia dan Afrika," ujarnya.

Meski demikian Bahlil menegaskan bahwa blok ekonomi baru ini bukan demi merusak tatanan yang sudah ada, melainkan sebagai pembanding, alternatif dan penyeimbang blok-blok ekonomi yang sudah ada.

Salah satu contoh perwujudan blok ekonomi tersebut antara lain adalah negara-negara KAA dapat berbagi kebijakan pengelolaan sektor-sektor stratetis seperti energi dan perdagangan, mengingat kedua kawasan itu menjadi pemilik cadangan minyak dan gas terbesar dunia.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015