Srinagar, Kashmir-India (ANTARA News) - Pemimpin gerilyawan separatis Sayed Ali Geelani pada Kamis (11/6) membantah bahwa anggota ISIS dan Taliban ada di Kashmir yang dikuasai India.

"Organisasi seperti ISIS dan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) tak ada di Kashmir yang dikuasai India dan nama ini digunakan dalam rancangan yang direncanakan dengan baik," demikian isi pernyataan yang dikeluarkan Geelani.

"Tujuan komplotan ini ialah menyebutkan perjuangan kemerdekaan murni dan adil warga Kashmir sebagai terorisme dan untuk membuktikan orang Kashmir juga kejam dan bukan kelompok tertindas," kata pernyataan itu, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Pernyataan Geelani telah dikeluarkan setelah munculnya psoter ancaman di Kota Kecil Sopore, sekitar 52 kilometer di sebelah barat-laut Kota Srinagar, Ibu Kota Musim Panas Kashmir yang dikuasai India.

Poster dalam bahasa Urdu tersebut, yang berisi nama kelompok gerilyawan yang tak dikenal Tehreek-e-Taliban dan Kashmir, mengancam pemilik stasiun pompa bensin yang menyediakan bahan bakar buat militer dan polisi India, penjual alkohol dan narkotika, operator televisi kabel, penjudi dan mereka yang menyediakan akomodasi buat pekerja migran.

Poster itu meminta warga melaksanakan ajaran Islam dan menetang perbuatan "orang non-Muslim".

Menurut Geelani, poster ancaman tersebut telah mempengaruhi kegiatan usaha banyak lapisan masyarakat.

"Poster ini memang mengeluarkan instruksi berdasarkan ajaran Islam dan Syariah (hukum Islam) tapi orang Muslim yang sederhana pun mengetahui kenyataan bahwa Islam tak disebarkan dengan bantuan kekerasan pada masa lalu juga tak mungkin untuk mengubah ideologi rakyat dengan menggunakan kekerasan pada masa depan," kata Geelani. "Islam sejak dulu menekankan pada prilaku moral dan akhlak yang mulia untuk menyentuh hari dan fikiran orang."

Sopore, kota kecil yang mudah bergolak di wilayah itu, seringkali menjadi berita akibat serangan gerilyawan terhadap tentara India dan terjadinya baku-tembak mematikan.

Pada Selasa (9/6), beberapa pria bersenjata menembak hingga tewas seorang pegawai pemerintah, yang mendukung Geelani. Geelani mengutuk pembunuhan tersebut dan menggambarkannya sebagai perbuatan agen India.

Namun juru bicara polisi mengatakan gerilyawan berada di belakang pembunuhan pegawai pemerintah itu.

Sejauh ini tak ada kelompok gerilyawan yang mengaku bertanggung-jawab atas pembunuhan tersebut.

Pada Mei, kelompok gerilyawan yang tak terlalu dikenal --Lashkar-e-Islam-- menyerang menara telepon genggam dan menewaskan dua orang yang memiliki hubungan dengan perusahaan telepon seluler dalam upaya mengganggu hubungan telepon genggam di Sopore. Geelani mengutuk serangan tersebut dan menggambarkan para penyerang sebgaai "orang pemerintah India".

Perang gerilya berkecamuk antara gerilyawan dan tentara India yang ditempatkan di wilayah itu sejak 1989.
(C003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015