Kiev (ANTARA News) - Dua orang tewas dalam pertempuran sengit lainnya antara pasukan pemerintah Ukraina dukungan Barat dan para petempur pro-Rusia di wilayah separatis di timur, kata para pejabat kedua belah pihak, Jumat.

Juru bicara militer Ukraina, Andriy Lysenko, mengatakan satu tentara tewas dan enam lainnya luka-luka saat berlangsungnya pertempuran selama 24 jam terakhir di zona perang --yang sebagian besar ditinggali oleh para warga berbahasa Rusia.

Komandan senior pemberontak Eduard Basurin menuduh pasukan Ukraina telah menewaskan seorang warga sipil dalam serangan penembakan sepanjang malam di Gorlivka, kota yang dikuasai pemberontak dan terletak di 25 kilometer timurlaut ibu kota milik pemberontak, Donetsk.

Pasukan Ukraina pada Kamis melaporkan terjadinya peperangan terparah menggunakan tank dan tembakan roket sejak kedua pihak pada Februari lalu menandatangani kesepakatan. Kesepakatan itu sendiri telah berkali-kali dilanggar.

Pasukan Kiev pro-Barat pekan ini memerangi milisi-milisi untuk mengendalikan jalan raya strategis, yang menghubungkan kota pelabuhan di tenggara yang dikuasai pemerintah, Mariupol, dengan Donetsk --yang berada di utara.

Rusia membantah memiliki kaitan dengan para pemberontak dan secara resmi hanya memberikan dukungan politik dalam perundingan-perundingan dan forum-forum Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Namun, sekutu-sekutu Barat Ukraina menuding Kremlin telah mengatur dan mempersenjatai pemberontakan sebagai balasan terhadap keputusan Kiev untuk menarik diri dari lingkaran Moskow dan meletakkan masa depannya di pundak Uni Eropa.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Kamis menelepon mitranya dari Rusia, Menlu Sergei Lavrov, untuk menyampaikan "keprihatinan mendalam" atas meningkatnya jumlah serangan separatis belakangan ini.

Sekretaris Keamanan Nasional dan Dewan Pertahanan Ukraina, Oleksandr Turchynov, memperingatkan, Jumat, bahwa Kiev "akan terpaksa menerapkan hukum darurat perang serta mengerahkan seluruh kekuatan negara... jika Rusia menggunakan pasukannya secara aktif" di zona konflik.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan kekerasan di Ukraina telah menewaskan lebih dari 6.800 orang sejak April 2014 dan membuat setidaknya 1,4 juta lainnya kehilangan tempat tinggal, demikian AFP melaporkan.

(T008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015