Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan World Lung Foundation (WLF) kembali menyerukan kampanye pengendalian tembakau pada masyarakat melalui peluncuran iklan layanan masyarakat.

Dalam iklan selama beberapa detik itu, pihak Kemenkes berharap tak ada lagi generasi muda Indonesia yang menyentuh benda bernama rokok.

"Melalui iklan ini, kami berharap agar generasi muda tak menjadi perokok. Kemudian, generasi dewasa (yang telah merokok) berhenti merokok, Mereka bisa produktif, tanpa merokok," ujar Kepala Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dr. Eni Gustina, MPH, di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan, dalam peluncuran iklan ketiga ini, Kemenkes mengangkat kisah salah satu mantan perokok yang giat melakukan kampanye anti-rokok adalah Robby Indra Wahyuda (27).

Robby yang mulai merokok sejak masih duduk di bangku sekolah dasar secara aktif menyuarakan kampanye anti-rokok di media sosial dan mendapat tanggapan yang sangat positif. Pada bulan Juni 2015 lalu, di usia 27 tahun, Robby meninggal dunia setelah tiga tahun berjuang melawan kanker pita suara.

Meski telah tiada, kisah Robby menginspirasi banyak anak muda di Indonesia untuk mendukung kampanye anti-rokok di Indonesia.

"Robby berani menunjukkan bahaya merokok. Dia juga aktif mengkampayekan bahaya merokok. Melalui ini diharapkan mampu menyentuh generasi muda untuk tidak merokok," tutur Eni.

Dia menambahkan, selain melalui kampanye, upaya pengendalian tembakau juga dilakukan melalui hal-hal promotif dan preventif. Masalah rokok masih menjadi masalah besar di Indonesia.

Data dari Global Adult Tobacco Survey 2011 (GATS 2011) menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia terutama untuk laki-laki dewasa menempati urutan pertama dalam hal jumlah di antara 16 negara berkembang di seluruh dunia (67 persen laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok).

 Selain itu, Kepala Subdit Pengendalian Penyakit Kronis & Generatif, Kementerian Kesehatan, dr. T. Sandra D. Ratih, MHA, mengatakan, hingga tahun 2013 ini, diketahui terjadi peningkatan jumlah perokok pemula generasi muda sekitar 10 kali lipat dibandingkan tahun 1995.

"Perokok pemula usia 10-14 tahun, di tahun 1995 sekitar 8,9 persen, sementara di 2013 jumlahnya naik menjadi 18 persen," kata Sandra dalam kesempatan yang sama.

Kemudian, bila dilihat dari usia rata-rata perokok, ia mengungkapkan, telah terjadi pergeseran, dari yang semula usia 17-18 tahun di 1995, menjadi usia di bawah itu pada 2013 lalu.

"Di tahun 1995, rata-rata usia perokok sekitar 17-18 tahun. Lalu mereka mulai terkena penyakit di usia 50-55 tahun. Namun sekarang (2013), usianya lebih muda. Mereka diprediksi baru mulai menderita penyakit sekitar usia 30-40 tahun, seperti Robby," tutur dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015