Sanaa (ANTARA News) - Setidaknya 44 orang tewas dalam serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi serta pertempuran antara loyalis Yaman dan pemberontak menjelang rencana gencatan senjata, kata sumber-sumber medis dan militer, Minggu.

Para korban itu tewas menjelang pembicaraan damai yang ditengahi PBB yang akan digelar oleh para pihak yang bertikai di Swiss, Selasa.

Sebuah gencatan senjata tujuh hari yang diusulkan pemerintah diharapkan bertepatan dengan negosiasi itu.

Serangan udara oleh koalisi Arab pada kawasan Haradh di provinsi utara Hajja mengenai enam rumah, kata saksi mata.

"Kami menerima mayat 12 warga sipil dan lebih dari 20 lainnya luka-luka," kata seorang pejabat di sebuah rumah sakit lapangan di Haradh.

Haradh, yang terletak di perbatasan dengan Arab Saudi, adalah salah satu benteng utara pemberontak Syiah Huthi yang mengendalikan ibu kota Yaman.

Bersama dengan sekutu mereka, kelompok Huthi yang didukung Iran telah menjadi target koalisi sejak Maret.

Di selatan, 12 pemberontak tewas ketika artileri loyalis menyerang dua kendaraan pemberontak di dekat kota Damt, yang direbut kelompok Huthi dan sekutu mereka pada November, kata sumber-sumber militer.

Di daerah yang sama, sembilan pemberontak dan empat pejuang pro-pemerintah tewas dalam bentrokan Sabtu malam, kata sumber-sumber.

Lebih jauh ke Barat, pesawat-pesawat tempur koalisi pada Minggu pagi menyerang konvoi militer pemberontak di antara provinsi Taez dan Lahj di selatan, menewaskan tujuh orang, kata sumber-sumber.

Kelompok Huthi, yang bersekutu dengan pasukan pemberontak yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, mengaku pada laman sabanews.net bahwa mereka telah menembakkan rudal di pangkalan Khaled bin Abdulaziz, Arab Saudi, yang terletak di selatan kerajaan, dan menyebabkan kerusakan.

Pemberontak sering membuat klaim seperti itu, dan pemerintah Arab Saudi tidak mengkonfirmasi insiden itu.

Gencatan senjata sangat dibutuhkan di negara termiskin di Semenanjung Arab itu di mana sekitar 80 persen dari 26 juta warganya memerlukan bantuan, demikian laporan AFP.

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015