Beijing, Tiongkok (ANTARA News) - Tiongkok secara resmi telah menangkap empat aktivis buruh yang membantu para buruh memperjuangkan hak-hak mereka, kata pengacara dua di antara mereka yang ditangkap, Minggu.

Penangkapan dilakukan pada saat pemerintah meningkatkan tindakan keras terhadap para aktivis yang mendesak agar sistem yang ada diubah.

Para kelompok hak asasi mengatakan larangan perbedaan pendapat saat ini merupakan yang terburuk dalam dua dasawarsa di Tiongkok, negara dengan perekonomiannya yang melambat telah mengarah pada munculnya gelombang perselisihan terkait buruh, terutama di selatan Guangdong.

Guangdong adalah provinsi tempat industri kuat Tiongkok berada.

Zeng Feiyang, kepala Pusat Pekerja Migran Panyu di kota Guangzhou selatan, dituduh mengganggu tatanan sosial, ujar pengacaranya, Cheng Zhunqiang.

Zeng merupakan salah satu aktivis buruh terkemuka di Tiongkok. Banyak pegiat telah mengkampanyekan hak-hak hukum bagi para pekerja, seperti kontrak kerja yang layak dan bantuan jaminan sosial.

Dua pegiat lainnya, Meng Han dan Zhu Xiaomei, juga telah ditangkap dengan tuduhan yang sama, ujar pengacara Meng, Yan Xin, dan Cheng.

He Xiaobo ditangkap atas tuduhan penggelapan, menurut kelompok hak asasi Pengawas Buruh Tiongkok yang bermarkas di New York. Pengacara Zhu dan He tidak dapat dimintai komentar.

Cheng dan Yan mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa para jaksa di Guangzhou berkata kepada mereka terkait penangkapan Meng dan Zeng pada Jumat namun tidak menyebutkan alasan di balik tuduhan tersebut.

Kedua pengacara mengatakan mereka tidak dapat bertemu dengan klien mereka masing-masing sejak penahanan mereka, praktik yang berlawanan dengan hukum di Tiongkok.

Para Jaksa di wilayah Panyu, Guangzhou tidak menjawab sejumlah panggilan telepon untuk dimintai komentar. Pemerintah Guangdong juga tidak memberikan respons terhadap permintaan lewat faks.

Penangkapan resmi biasanya mengarah pada proses pengadilan.

Bulan lalu, kepolisian Guangzhou menahan tujuh orang pegiat buruh dan memicu kritik dari para kelompok hak asasi. Dua di antaranya telah dibebaskan, kata Cheng.

Pada saat itu, media pemerintah menuduh tujuh aktivis buruh yang ditahan itu "menghasut para pekerja untuk melakukan demonstrasi", menerima pendanaan dari luar negeri serta mengganggu tatanan sosial.

Media juga mengatakan Zeng, yang sudah menikah itu, memiliki setidaknya delapan kekasih dalam waktu lama. Para pendukung Zeng menganggap tuduhan itu sebagai fitnah.

Jumlah demonstrasi di Tiongkok tercatat berjumlah 2.774 aksi pada tahun lalu, yang menjadi rekor baru. Jumlah tersebut dua kali lipat angka tahun 2014, ujar kelompok advokasi yang berada di Hong Kong, Buletin Buruh Tiongkok, minggu lalu. Demikian laporan Reuters.

(Uu.Ian/KR-MBR/T008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016