Jakarta (ANTARA News) - Meja makan menjadi tempat yang penting bagi keluarga besar Sidharta Manghurudin Soemarno, mereka dapat bercerita tentang apa saja.

"Kami punya kebiasaan sarapan di rumah Bunda, di meja bundar," kata Bimbim Slank di Jakarta, Senin, tentang kebiasaan keluarganya.

Kebiasaan makan bersama, terutama saat sarapan, sudah menjadi kebiasan turun-temurun keluarga tersebut.

Sidharta (80), ayah Bimbim, bercerita sejak kecil ia memang terbiasa makan bersama keluarganya sambil berdiskusi topik-topik yang ramai dibicarakan masyarakat. Ia menerapkan kebiasan tersebut kepada anak-anaknya sejak mereka kecil.

"Sebelumnya kan baca-baca koran atau dari internet," kata Sidharta, yang aktif membaca berita berbasis internet ini.

Kakek dari 15 cucu ini mengatakan di tengah kesibukan keluarganya, mereka menyempatkan diri untuk makan bersama, misalnya saat akhir pekan.

"Sekarang sudah mulain sibuk, kangen juga. Kalau bisa disempetin sarapan atau makan malam," cerita Awa Sandiogo, keponakan Bimbim.

Berawal dari bertukar kabar di meja makan akhirna Bimbim, Massto (adik Bimbim) dan dua keponakannya sepakat untuk membentuk band keluarga bernama The Sidhartas, yang diambil dari nama ayah dan kakek mereka.

"Kayaknya enak, nih, band keluarga. Kan, ada Koes Plus, Van Halen," kata Bimbim mengingat obrolan di meja makan kala itu.

Hasil obrolan mereka pun berlanjut menjadi sesi jamming di kamar Firas Rachun sang bassis, yang telah diubah menjadi ruang rekaman sejak ia kuliah sound engineering.

Bimbim, yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia musik mengaku lebih banyak diam saat diskusi tentang materi untuk band baru mereka.

"Gue lebih senang banyak masukan, lebih banyak diam, mereka yang kasih masukan biar fresh," kata Bimbim saat ditanya bagaimana ia menggembleng keponakannya.

Mengaku dirinya bukan guru yang baik, ia berusaha menanamkan satu hal kepada dua keponakannya itu bila ingin bermusik, mandiri.

"Kita rekaman nggak menggunakan fasilitas Slank," kata Bimbim.

Rekaman pun dilakukan di kamar Firas dengan peralatan seadanya, seperti Slank dulu.

Ia tidak ingin mereka yang masih muda terpaku pada ketiadaan fasilitas sehingga mereka menunda berkarya.

Dengan apa pun yang ada, yang penting jalan, begitu kiranya nasihat Paman Bimbim pada Firas dan Awa.

Mereka mempertahankan tradisi di meja makan ketika menciptakan lirik dan musik untuk album The Sidhartas, saling melempar ide lalu disahuti oleh yang lainnya.

Tujuan bersenang-senang dengan keluarga membuat sesi rekaman berlangsung santai, latihan langsung rekam.

Massto rupanya tidak sadar bahwa mereka sedang rekaman.

"Sudah ngarang (lagu), lalu rekam. Pas didengerin lagi ternyata oke, gue bilang 'Nanti pas rekaman dibagusin lagi'. Kata Bimbim 'Itu udah (rekaman)'," kata Massto sedikit geli mengingat sesi rekaman mereka.

Awa yang bermain gitar mengaku awalnya sulit untuk memulai ketika itu karena ia sendiri tidak tahu harus bagaimana.

"Udah jangan dipikirin, bikin aja," kata Awa menirukan Paman Bimbim.

Hasilnya, mereka meluncurkan video "Punk!" Juli 2015 lalu sebagai debut mereka, disusul beberapa lagu lainnya yang kini berada di album "The Sidhartas", seperti "Yeyeye", "Laki-Laki Paling Tampan Sedunia" dan "Move On".

Sidharta bahkan tidak tahu-menahu obrolan anak-cucunya berbuah menjadi band dan album yang memakai nama dirinya.

Ia juga tidak dilibatkan dalam proses berkarya itu, hanya sang istri Bunda Iffet yang bertindak sebagai  manajer sekaligus produser eksekutif.

"Saya baru tahu 2-3 bulan yang lalu," kata Sidharta yang masih sering bermain piano ini.

Bimbim menyerahkan kepada kedua keponakannya seperti apa band mereka, termasuk keputusan mereka untuk berada di jalur independen.

Saat bekerja sama dengan Demajors untuk mendistribusikan karya mereka, Bimbim mengaku sempat ditanya apakah mereka ingin seperti Slank.

"Mereka nggak mau kayak Slank. Semangat anak muda hahaha," kata Bimbim.

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016