KRI Banda Aceh, 28/1 (Antara) - Indonesia harus mampu mandiri memproduksi kapal menggunakan bahan baku lokal, demikian disampaikan Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto, dalam Ocean Leaders Forum dan Seminar IPB Berlayar 2016, di KRI Banda Aceh 593, Kamis.
"Negara harus betul-betul hadir dalam industri perkapalan seperti yang dilakukan negara-negara lainnya," kata dia.

Ia mengatakan, ketergantungan dengan bahan baku kapal impor dengan kualitas yang meragukan, tingginya suku bunga perbankan, memberatkan industri penggalangan kapal dalam negeri sehingga sulit bersaing dengan galangan kapal lainnya.

"Seperti di Tiongkok didukung oleh pemerintah dengan suku bunga bank rendah, mereka mendapat subsidi dari pemerintah sehingga mampu memproduksi kapal-kapal kualitas terbaik," katanya.

Menurut Herry, banyak persoalan yang dihadapi sektor kemaritiman, yang menjadi pekerjaan rumah, seperti belum optimalnya pemanfaatan laut dan perikanan, sumberdaya alam, tata kelola perikanan yang perlu ditingkatkan, pedagangan maritim masih rendah, biaya logistik maritik yang terlalu tinggi, dan juga industri perkapalan.

"Indonesia belum punya industri perkapalan yang mumpuni. Saat ini sudah ada PT PAL yang terbaik di Asia Tenggara, tapi efisiensi binis yang belum menentukan karena masih menggunakan bahan baku impor," katanya.

Ia mengatakan, perguruan tinggi Indonesia sebagai pihak yang konsern dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut untuk mencari jawaban dan memberikan dukungan lahirnya inovasi dan teknologi di bidang kemaritiman dan kelautan.

"Pendidikan tinggi kelautan dan kemaritiman sangat penting untuk memperkuat Indonesia sebagai poros maritim dunia," katanya.

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, mengatakan, teknologi dan inovasi diperlukan dalam mendorong Indonesia sebagai poros maritim dunia.

"Tugas perguruan tinggi termasuk IPB untuk memikirkan menghasilkan inovasi dan teknologi memperkuat sumber daya kemaritiman kita," katanya.

Ia mengatakan, KRI Banda Aceh dengan nomor lambung 593 merupakan karya anak bangsa diproduksi oleh PT PAL, menggunakan rancangan bekerja sama dengan Korea Selatan.

"PT PAL tahun ini sudah mengekspor perdana kapal dengan jenis Banda Aceh ke Filiphina, juga sudah bisa kerja sama produksi," katanya. 

Dia menekankan, pembangunan kemaritiman perlu didukung dengan teknologi dan inovasi. Peran perguruan tinggi untuk memperkuat TNI AL dalam mengawal teritorial bangsa.

Dia katakan, mengamankan laut bukan berarti harus ada pelanggaran. Tetapi mengamankan laut sehingga memberikan kemanfaatan bagi rakyat dan negara.

"Kerja sama antara TNI AL dan perguruan tinggi melalui majelis rektor perguruan tinggi negeri Indonesia (MRPTNI) hendaknya memberikan hasil nyata untuk rakyat dan negara," katanya.

Ocean Leaders Forum dan Seminar IPB Berlayar 2016, membahas perkuatan poros maritim Indonesia, agar memberikan kemanfaatan mensejahterakan rakyat dan negara.

Acara ini berlangsung di atas kapal perang KRI Banda Aceh-593, yang berlayar mengarungi lautan dari Tanjung Priok selama tujuh jam, diharapkan peserta benar-benar fokus mengikuti kegiatan hingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kongkrit dan mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016