... saya ditangkap langsung Pak Saud Usman pada 2013. Semua rencana saya yang akan memanfaatkan perdamaian Malino jadi kacau. Saya berterima kasih karena ditangkap pada waktu itu...
Makassar (ANTARA News) - Mantan teroris  yang memimpin di kawasan Asia Tenggara, Nasir Abbas, untuk menjadi pembicara pada dialog kebangsaan di Makassar. Dia diboyong Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saud Nasution, untuk jadi pembicara. 

Abbas juga yang menjadi guru bagi teroris yang mengebom Bali (bom Bali I dan II), Imam Samudra (alias Qudama, alias Abdul Aziz, alias Heri, alias Abu Umar). Samudra telah dieksekusi tembak mati dan pada bom Bali dia berkolaborasi dengan Dulmatin dan Amrozi. 

Abbas yang hadir dalam dialog kebangsaan yang digelar Kosgoro di Balai Prajurit Jenderal M Jusuf, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat, itu senang bisa berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

"Sejak saya ditangkap langsung Pak Saud Usman pada 2013. Semua rencana saya yang akan memanfaatkan perdamaian Malino jadi kacau. Saya berterima kasih karena ditangkap pada waktu itu dan tidak jadi mengacaukan dengan teror," katanya.

Pada sisi lain, Nasution menyatakan, "Membahas mengenai terorisme, kita harus melihatnya secara menyeluruh dan dimulai dari masa setelah kemerdekaan hingga saat sekarang ini," ujar Nasution.

Dia mengatakan, pada masa Orde Lama setelah kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, ada tiga organisasi yang menjadi kelompok radikal dan dianggap sebagai kelompok teroris.

Ketiga kelompok itu antara lain, kelompok Negara Islam Indonesia (NII) juga dikenal dengan nama Darul Islam atau (DI) yang artinya adalah Rumah Islam.

NII adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan membentuk negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus 1942 oleh sekelompok milisi muslim, dikoordinasikan seorang politisi muslim radikal dan karismatik, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Sekarmadji memulai organisasinya di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui syariat Islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama nonkekerasan.

Sedangkan kelompok kedua adalah DI/TII yang hampir sama dengan gerakan NII. Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai negara yang menerapkan dasar agama Islam sebagai dasar negara.

Dalam proklamasinya tertulis, hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa Negara Berdasarkan Islam, dan hukum tertinggi adalah Al Quran dan Hadist.

Sementara yang ketiga adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM), organisasi separatis di Provinsi Aceh, yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Indonesia. 

Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF).

"Nah, ini adalah awal mula gerakan teroris di masa orde lama dan terus berkembang menjadi bebas di zaman sekarang ini. Undang-undang kita sangat jelas dan dasar negara adalah Pancasila, bukannya khilafah," katanya.

Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016