Padang (ANTARA News) - Wendi Rakhadian, korban penyanderaan Abu Sayyaf yang telah dibebaskan belum lama ini, menceritakan pengalamannya selama dalam penyekapan kelompok radikal di Filipina itu.

"Selama disekap itu setiap harinya saya beserta teman yang lain tetap diberi makan nasi. Sistemnya, kami makan jika diberikan, kadang tiga kali sehari, kadang kurang dari itu," tutur Wendi di Padang, Selasa.

Untuk porsi makanan, katanya, juga diberikan secukupnya, namun dikonsumsi dalam keadaan cemas serta was-was.

Saat ditanyai kegiatan yang dilakukannya selama penyekapan itu, ia mengatakan sehari-harinya hanya duduk di tempat mereka dikumpulkan (disandera).

"Kami 10 orang itu dikumpulkan pada satu tempat, dan tidak boleh menjauh dari tempat itu. Kami tidak berani berbuat macam-macam, karena selalu diawasi oleh beberapa orang yang menggenggam senjata laras panjang," jelasnya.

Wendi juga mengatakan tempat yang ditempati olehnya itu tidak menetap pada satu titik karena penyekap selalu berpindah-pindah lokasi sesuai penilaian situasi.

"Jika mereka menilai suatu titik hutan itu tidak aman, maka pindah ke titik lainnya. Setiap titik itu kami tidur, dan duduk hanya beralas tanah saja," katanya.

Selain itu pada malam hari, lanjutnya, hanya bergelap-gelapan tanpa sedikit pun penerangan.

Hanya saja, Wendi menceritakan bahwa penyekap memberikan kebebasan untuk menunaikan ibadah shalat.

"Tidak ada larangan oleh mereka ketika kami menunaikan shalat, dibiarkan saja. Kami juga tidak pernah menerima tindakan kekerasan," jelasnya.

Ia juga mengakui hingga saat ini dirinya tidak mengetahui sedikit pun tentang proses pembebasan, hingga akhirnya mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), pada Selasa, sekitar pukul 09.20 WIB.

Setelah mendarat, Wendi langsung menuju rumah orangtua di RT 01, RW 01, Jalan Doktor Mohammad Hatta, Pasar Ambacang, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Pada bagian lain, hingga pukul 14.00 WIB, rumah orangtua Wendi masih tampak dikunjungi bergantian oleh para kerabat, serta warga lainnya.

Sebelumnya, Wendi Rakhadian mendarat di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu (1/5) malam, bersama 9 warga negara Indonesia lainnya yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf, Filipina.

Para Anak Buah Kapal (ABK) itu langsung dibawa menuju Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.

Pewarta: Eko Fajri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016