Virginia, Amerika Serikat, (ANTARA News) - Calon wakil Presiden AS dari Partai Demokrat Tim Kaine dalam debat cawapres, Rabu, mencoba menyudutkan Donald Trump, dengan menyebut calon presiden dari Partai Republik itu sebagai bahaya bagi keamanan nasional AS.

Cawapres Partai Demokrat Tim Kaine juga menyebut Trump sebagai seseorang yang suka merendahkan kaum perempuan dan minoritas serta tidak membayar pajak federal dengan baik.

Perdebatan antara Kaine - orang No.2 untuk calon presiden Demokrat Hillary Clinton - dan saingannya dari Partai Republik, Mike Pence, adalah satu-satunya pertemuan debat antara calon wakil presiden yang bersaing.

Kedua cawapres AS itu menghabiskan sebagian besar waktu debat dengan menyerang pasangan politik satu sama lain.

Perdebatan antara kedua cawapres AS itu begitu kencang sehingga mereka seringkali saling menyudutkan. Kaine, yang adalah senator AS dari Virginia, mencoba untuk menakut-nakuti para pemilih untuk tidak memilih Trump.

Sementara itu, Pence - yang adalah gubernur Indiana - mencoba menggambarkan Clinton sebagai orang yang tidak dapat dipercaya untuk menduduki Gedung Putih. Dia juga menyinggung soal kegagalan Clinton ketika menjadi menteri luar negeri AS dalam periode pertama pemerintahan Presiden Barack Obama pada 2009-2013.

Kaine memancing kemarahan Pence dengan mengulang sebuah pernyataan mantan Presiden AS dari partai Republik Ronald Reagan, yang mengatakan bahwa orang bodoh atau maniak dengan senjata nuklir bisa memicu peristiwa bencana.

"Dan saya pikir orang itu adalah pasangannya Gubernur Pence," kata Kaine.

Pence membalas: "Senator, senator, hal seperti ini bahkan ada di bawah Anda dan Hillary Clinton dan itu sangat rendah".

Kaine, dalam kalimat yang jelas terlatih, berulang kali berusaha untuk memancing Pence untuk mempertahankan posisi Trump.

Dia mengingatkan jutaan penonton televisi bahwa Trump telah terperangkap dalam perseteruan publik pekan lalu dengan seorang mantan ratu kecantikan, dan ia menekankan bahwa Trump telah memuji Presiden Rusia Vladimir Putin.

Namun, tujuan utama Kaine adalah untuk memukul mundur pesaingnya dengan menekankan soal Trump yang menolak untuk merilis catatan pajaknya, tidak seperti semua calon presiden lain dalam sejarah modern.

New York Times pekan lalu melaporkan bahwa Trump telah menyebabkan kerugian pajak sebesar 916 juta dolar AS pada 1995 dan mungkin telah menghindar membayar pajak federal selama 18 tahun karena hal itu.

"Gubernur Pence harus memberikan Donald Trump SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) pajaknya untuk menunjukkan dia memenuhi syarat untuk menjadi wakil presiden. Donald Trump harus memberikan SPT pajaknya untuk menunjukkan ia memenuhi syarat untuk menjadi presiden," kata Kaine.

Sementara itu, Pence - yang memiliki gaya santai dibandingkan dengan Trump yang bergaya bombastis - menyebut Trump sebagai pengembang real estate New York yang telah menciptakan ribuan pekerjaan dan telah menggunakan undang-undang pajak AS yang telah dirancang untuk digunakan.

"Mengapa dia (Trump) tidak menyampaikan laporan pajaknya?," ujar Kaine untuk kembali menyerang.

Kedua kandidat wakil presiden AS itu seringkali saling menginterupsi satu sama lain dalam upaya untuk mencetak poin, sehingga moderator acara debat dari CBS News Elaine Quijano harus melerai mereka.

"Orang-orang di rumah tidak bisa mengerti apa yang Anda bicarakan kalau anda berdua saling memotong pembicaraan satu sama lain," kata dia.

Perdebatan cawapres itu dilakukan pada saat krusial untuk kampanye kedua kandidat presiden.

Clinton berusaha untuk mengambil keuntungan dari laporan pekan lalu tentang masalah pajak Trump untuk dapat memimpin dalam jajak pendapat nasional.

Sementara Trump harus pulih dari kinerja yang kurang baik dalam debat pertama dengan Clinton pekan lalu dengan pertemuan kedua mereka pada Minggu mendatang di St Louis.

(Y012/a032)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016