Logo `RE` ini adalah singkatan dari produsen otomotif PT Rear Engine. Bukan nama dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi."
Bekasi (ANTARA News) - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi merasa risih dengan pemasangan logo "RE" pada sejumlah unit kendaraan roda tiga Bajaj yang beroperasional di wilayah setempat karena terkesan mirip dengan inisial namanya.

"Logo tersebut memberikan kesan bahwa Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi berbisnis di atas jabatan. Saya pastikan logo RE itu tidak ada kaitannya dengan diri saya," katanya di Bekasi, Selasa.

Menurut dia, sejumlah isu mulai dilontarkan oleh oknum masyarakat yang menolak operasional Bajaj di Kota Bekasi dengan menyebarkan isu bahwa Bajaj berlogo "RE" itu adalah unit yang dipesan secara spesial oleh Rahmat Effendi untuk kepentingan bisnis.

"Wali Kota Bekasi tidak akan berbisnis jabatan. Sekali lagi saya sampaikan, saya tidak pernah berbisnis dengan memanfaatkan jabatan saya sebagai kepala daerah," katanya.

Dikatakan Rahmat, kalangan masyarakat yang menolak operasional Bajaj sempat melakukan survei secara swadaya dan hasilnya diklaim sebanyak 86 persen warga Kecamatan Bekasi Timur menolak.

"Tapi kan faktanya banyak juga sopir ojek lingkungan maupun pengusaha yang memesan Bajaj tersebut untuk usaha mereka," katanya.

Sementara itu, bajaj berlogo "RE" terpampang di bagian depan kendaraan roda tiga berwarna merah, sementara Bajaj berwarna biru memampang logo produsen PT TVS King.

"Kalau bisa copot saja logonya, ganti dengan nama sebenarnya agar tidak menimbulkan pemikiran negatif masyarakat," katanya.

Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Hotman Pane mengklarifikasi terkait pemasangan logo tersebut.

"Logo RE ini adalah singkatan dari produsen otomotif PT Rear Engine. Bukan nama dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi," katanya.

PT Rear Engine merupakan anak perusahaan dari produsen PT TVS King yang memasok pemesanan Bajaj di Kota Bekasi.

"Rear Engine dan TVS adalah dua perusahaan yang rekanan sebagai pemasok bajaj di Kota Bekasi," demikian Pane.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016